Selasa, 18 Agustus 2015

MEMAHAMI KONTEKS POLA BERFIKIR ILMIAH PARA FILSAFAT DAN METODE BERFIKIR (REVISI)

  Penulis : Riezky Arfandi 

1.0. Latar Belakang

Konteks berfikir filsafat yunani ini Sebagai media yang melukiskan cara pandang para tokoh filosofis dalam memberikan padangan kebenaran terhadap kejadian yang di tangkap oleh para filosofis ini masing-masing sesuai realitas di zaman para filofis itu terjadi. Supaya pembaca dapat memahami, mentelaah, dan memaknai cara pandang para tokoh filsafat ini dengan benar sesuai realitas yang terjadi di zaman sekarang. Penulis berharap dengan tulisan ini dapat memberikan pengetahuan baru kepada para pembaca dalam menterjemahkan diallektika yang terjadi pada kondisi kita saat ini.
Sepanjang sejarah para filsuf telah berusaha menyusun sebuah metode untuk mendapatkan pengakuan secara universal dan mempertahankan kelayakan filsafat sebagai disiplin ilmu. sebagai landasan berfikir ilmiah dan tersistematis dalam menangkap permasalahan-permasalahan yang ada di dunia dan lingkungan sekitar.
Karena dengan banyak membaca dan memahami cara berfikir dan metode berfikir para tokoh filsafat ini penulis berharap  dapat memecahkan permasalahan (tesis) yang terjadi sekarang ini. Karena dengan pengetahuan (knowladge) kita dapat menemukan kebenaran secara ilmiah, berakar, termanage, dan tersistematis. Sesuai dengan paparan metode-metode para tokoh filsafat yunani, filsafat barat, dan filsafat islam yang telah menggambarkan pandangan kebenaran atas dunia (kosmo) ini sesuai cara berfikir tokoh fisafat dalam memecahkan suatu pokok permasalahan (antithesis) yang terjadi di zaman para tokoh filsafat, yang menghasilkan satu hasil pemecahan masalah (Syntesis).
Karena filsafat dibagi menjadi dua pokok bahasan, spekulasi yaitu yang berhubungan dengan rasa heran, dan ingin tahu, atau secara filosofis disebut menentukan subyek atau gagasan dan merenungkannya secara mendasar. Kegiatan spekulasi ini melibatkan proses kebebasan dalam berfikir secara sehari-hari dengan berfikir secara filosofi pada aspek kesungguhan dan sistematisnya.
Sedangkan pokok lain yaitu analisis, yaitu dengan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan berkeyakinan ataupun berteori, untuk kemudian menyelidiki semuanya itu dan menguraikannya kedalam bagian-bagian (subtansi) dengan mengunakan data-data fisik yang dapat membantu, dengan menggunakan bentuk penalaran logika.
Filsafat sendiri menyelidiki realitas dalam pengertian sepenuhnya, apapun yang dianggap “ada” merupakan domain atau ruang lingkup filsafat, karenanya ia tidak mengenal batas waktu. Metode bagaikan logika, ia merupakan dasar penalaran manusia. Namun metode dan logika tidak dapat menentekan seseorang menjadi “Genius” atau tidak. Dalam rangkaian sejarah (historis) banyak ahli filsafat-filsafat yang mencoba menyusun sebuah metode filsafat yang diakui secara Universal maupun dalam rangka mempertahankan kelayakan filsafat sebagai suatu Displin ilmu.

2.1.Sokrates (399 SM)

          Sokrates dijatuhi hukuman mati pada tahun 399 SM. Kita tahu bahwa saat itu usianya 70 tahun. Itu berati bahwa pada tahun 470 SM atau sekitarnya. Konon bapanya yang bernama Sophronikos, adalah seorang pemahat, tetapi pemberitaannya masih simpang-siur dan tidak mempunyai dasar dari segi historis. Ibunya yang bernama Phainerete, adalah  seorang bidan. Ada kesaksian pula bahwa sokrates adalah murid arkheolaos, seorang filsuf yang menggantikan posisi Anaxagoras di Athena. Kita mendengar bahwa Sokrates juga membaca buku Anaxagoras, karena tertarik oleh ajarannya mengenai nus. Tetapi ia sangat kecewa tentang isi ajaran itu. Pada usia mudanya ia berbalik dari filsafat alam dan mulai mencari jalannya sendiri.
            Karena sokrates masuk tentara athena sebagai hopilites, dapat kita simpulkan bahwa mula-mula ia tidak berkekurangan, sebab di Athena hanya pemilik-pemilik tanah yang di izinkan masuk kedalam pasukan itu. Tetapi lama-kelamaan ia menjadi miskin, karena ia hanya mengutamakan keaktifannya sebagai filsuf. Pada usia lebih lanjut ia menikah dengan Xantippe. Pandangan populer yang melukiskan wanita ini dengan ciri-ciri tiranik, tidak mempunyai dasar historis. Ia dikaruniai tiga anak laki-laki, dua diantara mereka masih kecil pada waktu kematian Sokrates.
            Bertentangan dengan para Sofis, Sokrates tidak meninggalkan kota asalnya, kecuali tiga kali ketika ia memenuhi kewajiban sebagai warga negara di medan perang. Dalam pertempurannya Sokrates sangat menonjol karena keberaniannya. Satu kali ia menyelamatkan hidup sahabatnya, Alkibiades. Sedapat mungkin ia tidak bercampur tangan dalam dunia politik. Tetapi apabila beberapa kali ia menunaikan tugas negara, ia juga memperlihatkan keberanian yang menonjol. Pada tahun 406-405 Sokrates adalah anggota panitia pengadilan yang mempersiapkan perkara terhadap beberapa jendral dan pada kesempatan ini ia memprotes dengan sangat prosedur yang tidak legal. Dua tahun kemudian, waktu pemerintahan “30 tyrannoi”(404-403), ia menolak mengambil bagian dalam sekongkol yang bertujuan membunuh seseorang yang tak bersalah, namanya Leon, dengan maksud supaya barang miliknya dapat disita. Karenanya Sokrates pasti akan dibunuh sendiri, seandainya rezim itu tidak lekas jatuh.
            Pada tahun 399 Anytos, seorang yang empat tahun lebih dahulu turut dalam memulihkan demokrasi di Athena, mengemukakan tuduhan yang mengakibatkan perkara pengadilan terhadap Sokrates. Tuduhan itu berbunyi :”Sokrates bersalah, karena ia tidak percaya pada dewa-dewa yang diakui polis(Negara) dan mengintrodusir praktek-praktek religius yang baru. Ia juga bersalah, karena ia mempunyai pengaruh yang kurang baik atas kaum muda.” Hampir semua informasi yang kita punyai tentang sidang pengadilan itu berasal dari karangan Plato yang disebut Apologia (pembelaan Sokrates). Dalam karangan Plato ini Sokrates membela dirinya dihadapan hakim-hakimnya. Sekalipun karangan ini tentu tidak boleh dianggap sebagai laporan harfiah mengenai sidang itu, namun para ahli kesusastraan yunani berpendapat bahwa Plato mempergunakan data-data historis yang dapat dipercaya. Sokrates dinyatakan bersalah dengan mayoritas 60 suara (280 melawan 220). Lalu pendakwa menuntut hukuman mati. Menurut kebiasaan hukum di Athena, terdakwa di izinkan mengusulkan hukuman lain. Kalau seandainnya Sokrates mengusulkan supaya dibuang keluar kota, usul itu tentu akan diterima. Tetapi Sokrates pada usia 70 tahun tidak mau meninggalkan kota asalnya. Sebenernya Sokrates bermaksud mengusulkan satu “Mina” (mata uang Athena) sebagai denda, tetapi atas dorongan sahabat-sahabatnya ia mempertinggi jumlahnya sampai 30 Mina, lebih-lebih karena mereka menawarkan untuk menanggung pembayarannya. Tetapi sidang memutuskan hukuman mati kepada Sokrates, karena denda 30 Mina dianggap terlalu kecil dan terutama karena Sokrates dalam pembelaannya dirasakan menghina hakim-hakimnya. Biasanya hukuman mati dijalankan dalam waktu 24 jam. Tetapi pada Sokrates dijatuhi hukuman mati, suatu perahu layar Athena yang keramat sedang melakukan perjalanan tahunan ke Kuil di pulau Delos dan menurut hukum Athena hukuman mati baru boleh dilaksanakan, apabila perahu itu sudah kembali. Dari sebab itu, satu bulan lamanya Sokrates tinggal di dalam kurungan penjara.
            Sambil bercakap-cakap dengan sahabat-sahabatnya, salah salah satu seorang diantara mereka yang bernama Kriton, telah mengusulkan supaya Sokrates melarikan diri. Tetapi Sokrates menolak. Dalam dialog yang berjudul Phaidon, Plato menceritakan percakapan-percakapan Sokrates dengan para muridnya pada hari terakhir hidupnya dan ia melukiskan pula bagaimana Sokrates waktu senja dengan hari terakhir hidupnya dengan tenang minum secawan yang berisikan racun oleh para sahabatnya.

2.2.Metode Berfikir Sokrates

          Kalau dipandang sepintas, cara berfikir Sokrates dengan para Sofis tidak terlalu berbeda jauh. Dikarenakan banyak dari kita tidak terlalu memperhatikan perbedaan-perbedaan cara berfikir Sokrates dengan Sofis. Menurut informasi para komedi-komediaan Aristophanes umpamanya, tentu tidak ada alasan untuk berfikir bahwa Sokrates berbeda dengan sekian banyak Sofis. Sebagaimana para Sofis, Sokrates pun berbalik dari filsafat alam. Sebagaimana juga para Sofis, Sokrates pun memilih manusia sebagai objek penyelidikannya dan ia memandang manusia lebih kurang dari segi yang sama seperti mereka, sebagai mahluk yang mengenal, yang harus mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam bermasyarakat.
            Sebagaimana juga para Sofis, Sokrates pun memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman sehari-hari dan dari kehidupan yang konkret . tetapi ada satu perbedaan yang sangat penting sekali antara cara berfikir Sokrates dan sofis, yaitu Sokrates  tidak menyetujui relativisme yang dianut oleh kaum Sofis, Sokrates menggunakan kebenaran objektif, yang tidak bergantung pada “saya atau kita”. Akan tetapi, sebaiknya kita tidak memandang keyakinan Sokrates  itu dari sudut “Kebenaran” saja. Karena dengan itu kita dapat menampilkan kesan seakan-akan Sokrates mencurahkan pemikirannya dalam bidang Teoritis.
            Padahal Sokrates hanya memperlihatkan cara hidup yang praktis saja, yaitu sebagai tingkah laku manusia. Itulah sebabnya lebih tepat kita merumuskan keyakinan tingkah laku Sokrates dengan mengatakan bahwa menurut dia bukan sembarang tingkah laku boleh disebut baik. Adanya tindakan yang pantas dan adanya tindakan yang jelek. Sokrates meyakini bahwa berbuat jahat adalah suatu kemalangan bagi seorang manusia dan berbuat baik adalah satu-satunya kebahagian baginya. Dari sebab itu Sokrates berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berikut; Apakah itu hidup yang baik ? apakah kebaikan itu, yang mengaibatkan kebahagian seorang manusia ? apakah norma yang mengizinkan kita menetapkan baik buruknya suatu perbuatan ?
            Sokrates tidak menghidangkan suatu ajaran yang sistematis, itu tidak diharapakan juga dari seorang yang tidak membukukan pemikirannya. Tetapi itu sekali-kali tidak berarti bahwa ia bertindak sebagai orang yang terencana, sumber-sumber yang memberi informasi mengenai ajarannya, semua setuju dalam mengatakan bahwa Sokrates mempergunakan suatu metode tertentu. Metode ini bersifat praktis dan dijalankan dalam percakapan-percakapan. Sokrates tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia menganalisis pendapat-pendapat atau tuturan-tuturan yang dikemukakan orang. Setiap orang mempunyai pendapat tertentu mengenai entitas jabatan dan seorang tukang mempunyai pendapat tertentu. Seorang negarawan misalnya, mempunyai pendapat tertentu mengenai keahliannya. Kepada mereka dan kepada warga negara Athena lainnya Sokrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pekerjaan mereka dan persoalan praktis dalam hidup seorang manusia.
            Sokrates selalu memulai dengan menganggap jawaban pertama sebagai suatu hipotesis dan dengan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut ia menarik segala konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena membawa konsekuensi yang mustahil. Maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain. Lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan pertanyaan-pertanyaan lain dari pihak Sokrates dan seterusnya begitu.

3.1.Plato (428-427 SM)

            Plato lahir tahun 428-7 dalam suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya bernama Ariston dan ibunya yang bernama Periktione. Sesudah Ariston meninggal, Periktione dinikahi oleh pamannya yang bernama Pyrilampes. Rupanya Plato didik didalam rumahnya Pyrilampes, yang seorang politikus yang termasuk kalangan Perikles. Sejak masa mudanya ia bergaul dengan tokoh-tokoh yang memainkan peranan penting dalam politik Athena. Saudara ibunya, Kharmides  dan kemenakan ibunya, Kritias, termasuk dalam partai Aristokrat dan mereka adalah anggota panitia “30 Tyranoi” yang delapan bulan lamanya dalam memerintah dengan kejam kota Athena pada tahun 404-403. Mula-mula mereka berdua tergolong sahabat Sokrates, tetapi kemudian mereka menempuh jalan yang menyimpang jauh dari cita-cita Sokrates sejak ia masih kecil.
          Menurut kesaksian Aristoteles, Plato dipengaruhi juga oleh Kratylos seorang filsuf yang meneruskan ajaran Hereklaitos. Kratylos berpendapat bahwa dunia kita berada dalam perubahan terus-menerus, sehinggan pengenalan tidak mungkin, karena suatu nama pun tidak dapat diberikan kepada benda-benda. Dan kita mesti mengakui bahwa pengenalan memang mengendalikan bahwa suatu objek mempunyai stabilitas tertentu.

3.2. Metode Berfikir Plato

          Plato dalam membahas ilmu filsafatnya dengan metode dialektika, dan memberikan jawaban kebenaran yang diperoleh atas dialog yang dilakukan oleh dua orang yang berdialog saling melemparkan pertanyaan-pertanyaan dan memberikan jawaban masing-masing secara bergantian. Kebenaran yang diperoleh atas dasar metode dialektika bertanya dan menjawab, secara berangsur-angsur mengurangi keraguan ataupun ketidakjelasan atas suatu hal.
            Tokoh utama sebagai orang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan di sudut-sudut kota Athena. Pada zaman itu, istilah “Dialog” menjadi istilah khusus yang dipergunakan untuk metode “rujuk kembali” dari dua pihak yang bersengketa, baik yang bersifat domestik, akademik, maupun internasional. Perang juga dapat diselesaikan melalui dialog di meja perundingan. Meskipun penggunaannya tidak diragukan lagi, metode dialog Platonik ini bukan metode yang paling utama bagi pembahasan filsafat. Bahkan, menganggap semua persoalan kefilsafatan dapat diatasi metode ini adalah sesuatu yang naif.
            Suatu persoalan lain yang menyangkut urutan  dan ketergantungan satu sama lain yang kiranya terdapat ide-ide secara individual. Kita sudah mendengar bahwa dalam dunia yang ideal tidak ada banyak hal yang bagus, banyak yang adil, dan lain sebagainya. Sebagaimana halnya dalam dunia jasmani, melainkan dalam dunia ideal hanya ada satu ide yang bagus, satu ide keadilan, dan lain sebagainya. Didalam dunia yang ideal sendiri soal pluralitas tidak teratasi, karena ada banyak ide. Lagipula , banyak ide itu tidak lepas dari satu ide yang lainnya. Plato menamakan hubungan antara ide-ide sebagai “persekutuan” (kolonial) dan dalam dialog-dialog nya ia mencoba menerangkan menyatukan banyak ide yang terpaparkan, dalam politea ia mengatakan bahwa antara ide-ide terdapat suatu orde atau Hierarki dalam berfikir. Hierarki akan memuncak dengan ide ”yang baik”. Itulah ide tertinggi yang menyoroti semua ide. Sebagaimana matahari menyinari semua benda yang bersifat jasmani.

4.1.Aristoteles (384 SM)

          Aristoteles lahir pada tahun 384 SM (sebelum masehi) di Stageria, suatu kota di yunani utara. Bapanya adalah seorang dokter pribadi Amyntas II, raja dari Makedonia. Mungkin sekali dalam masa mudanya Aristoteles hidup mewarisi minatnya yang khusus untuk ilmu pengetahuan empiris dari bapanya. Pada usia 17 atau 18 tahun Aristoteles dikirim ke Athena supaya ia belajar di Akademia Plato. Ia tinggal disana sampai Plato meninggal pada tahun 348/7 SM, jadi kira-kira 20 tahun lamanya. Pada waktu ia berada didalam Akademia, Aristoteles menerbitkan beberapa karya. Ia juga sempat mengajar anggota-anggota Akademia yang lebih muda, rupanya tentang mata pelajaran logika dan retorika.
            Kita telah mendengar bahwa sesudah kematian Plato adalah kemenakannya yang bernama Speusipos yang menjadi penggantinya sebagai kepala Akademia. Pada saat itu Aristoteles meninggalkan Athena bersama murid Plato yang lain bernama Xenokrates, mungkin karena mereka tidak setuju dengan anggapan Speusipos mengenai filsafat. Mempunyai kecendrungan untuk menyetarafkan filsafat dengan matematika. Mereka berangkat ke Assos di pesisir Asia kecil, dimana Hermeias pada waktu itu adalah seorang penguasa negara (raja). Hermeias sendiri adalah bekas murid Akademia dan atas permintaannya Plato telah mengirim dua orang murid yang bernama Erastos dan Koriskos, supaya mereka membuka suatu sekolah disana. Aristoteles dan kawannya mulai mengajar di sekolah Assos itu. Disini Aristoteles menikah dengan Pythias, kemenakan dan anak angkat dari Hermenias. Pada tahun 345 Hermenias ditangkap dan dibunuh oleh tentara parsi.
            Kita masih mempunyai suatu syair yang disusun oleh Aristoteles, tidak lama sesudah itu, untuk menghormati kepergian Hermenias. Peristiwa pembunuhan itu memaksa Aristoteles dan kawan-kawannya melarikan diri dari Assos. Ia pergi ke Mytilene di pulau lesbos tidak jauh dari Assos, agaknya atas undangan Theophrastos murid dan sekaligus sahabat Aristoteles yang berasal dari pulau itu. Di Assos dan Mytilane Aristoteles mengadakan riset dalam bidang biologi dn zoologi, yang data-datanya dikumpulkan dalam buku yang bernama Historia animalium. 

4.2.Metode Berfikir Aristoteles

          Aristoteles menjadi terkenal karena metode Silogisme atau logikanya. Dengan menggabungkan pembenaran-pembenaran dan penyangkalan diantara tiga (3) terma, sebuah kesimpulan yang meyakinkan dapat diperoleh dengan metode ini. Jika dua terma secara terpisah membenarkan terma ketiga, dapat disimpulkan bahwa kedua terma tersebut saling membenarkan satu terma yang membenarkan terma ketiga. Sedangkan terma pertama dan kedua saling menyangkal satu sama lain. Aristoteles merangkai semua kombinasi yang mungkin terjadi dan merumuskan hukum-hukum untuk mengatur kombinasi tersebut.
            Metode ini menjernihkan dan membuang keraguan jalan pikiran atas dasar hubungan antara tiga terma. Metode yang diciptakannya ini pada akhirnya membuat Aristoteles mendapat julukan “Bapaknya pakar Logika”. Metode yang dikembangkan Aristoteles dipandang tidak ilmiah, terutama setelah munculnya Francis Bacon, yang menulis buku Novum Organum (Organum Baru). Dengan bermaksud mengkritik logika Aristoteles yang dianggapnya kekuarangan aturan dan prinsip yang berguna untuk menetapkan hukum penalaran Ilmiah.

5.1.Thomas Aquinas (1225-1274)

            Thomas aquinas adalah seorang filsuf dan teolog yang berasal dari italia yang sangat berpengaruh pada abad pertengahan. Thomas dilahirkan di Roccasecca dekat kota Napoli, Italia. Dia terlahir dalam keluarga bangsawan Aquino. Ayahnya ialah Pangeran Landruf dari Aquino dan ibunya yang bernama Countess Teodora Carraciciolo. Kedua orang tuanya adalah orang Kristen Katolik yang taat. Pada usia lima belas tahun Thomas diserahkan ke Biara Benedictus di Monte Cassino agar dibina untuk menjadi seorang biarawan.
            Setelah sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Naples. Disana ia belajar mengenai kesenian dan filsafat (1239-1244), selama disana, ia mulai tertarik pada pekerjaan kerasulan gereja, dan berusaha untuk pindah ke Ordo  Dominikan, yakni suatu Ordo yang sangat dominan pada abad itu. Keinginannya tidak direstui oleh kedua orang tuanya sehingga ia harus tinggal di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namun, karena tekadnya pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.
            Sebagai anggota Ordo Dominikan Thomas dikirim belajar pada universitas yang sangat terkemuka pada masa itu. Ia belajar disana selama tiga tahun (1245-1248). Disinilah ia berkenalan dengan Albertus Magnus yang memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya. Ia menemani Albertus Magnus untuk memberikan kuliah Stadium Generale di Cologne, france, pada tahun 1248-1252. Pada tahun 1252, Thomas kembali ke Paris dan memulai kuliah biblika (1252-1254) dan sentences, karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Konven St.Jacques, Paris.
            Thomas ditugaskan untuk memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan teologia di beberapa kota di Italia, seperti di Anagni, Orvieto, Roma, dan Viterbo, selama sepuluh tahun lamanya. Pada tahun 1269 Thomas dipanggil kembali ke Paris untuk tiga tahun untuk ditugaskan membuka sebuah sekolah Dominikan di Naples. Dalam perjalanan menuju ke Konsili Lyons, Thomas tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal di biara Fossanuova, pada tanggal 7 maret 1274. Paus yohanes XXII mengangkat Thomas sebagai orang kudus pada tahun 1323.

5.2.Metode Berfikir Thomas Aquinas

            Thomas Aquinas sama dengan para tokoh filsafat pendahulunya yang mempunyai metode dalam berfikir untuk pemecahan suatu masalah. Metode Thomistik  yang dikembangkan oleh Thomas Aquinas secara terperinci mengetengahkan persoalan yang harus dijawab dalam bentuk sebuah pertanyaan. Kemudian, melangkah pada pengajuan keberatan-keberatan yang tampaknya diarahkan untuk menopang jawaban-jawaban, baik yang positif maupun yang negatif, dan selanjutnya sampain pada argumentasi yang secara bervariasi didahului dengan, “saya menjawab bahwa....” seluruh metode ditutup dengan menjawab semua keberatan.
            Semuanya yang sudah diajukan sebelumnya, dengan cara ini, Thomas berusaha menghapus semua keraguan dan pertentangan paham. Bagi seorang penganut Thomisme atau Skolastik. Metode ini sangat menyenangkan sebab sesudah menelusuri keseluruhan rangkaian metodisnya. Ia akan mengalami kepuasan intelektual dan tidak akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut. Disinilah letak kelemahan metode thomistik.

6.1.Rene Descartes (31 maret 1596- 11 februari 1650)

          Rene discartes lahir di La haye, perancis, 31 maret 1596 dan wafat pada tanggal 11 Februari 1650 pada usianya yang ke 53 tahun. Ia dikenal juga sebagai Renatus cartesius dalam literature berbahasa Latin, ia merupakan seorang tokoh filsuf dan matematika perancis.
            Rene Descartes dikenal sering disebut sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes terlahir dari keluarga Borjuis di perancis, ayah Descartes adalah ketua Parlemen dan memiliki tanah yang cukup luas (Borjuis). Ketika ayah Descartes meninggal dan mewariskan warisannya kepada descartes, ia menjual tanah warisan itu, dan menginvestiasikan uangnya dengan pendapatan enam atau tujuh ribu franc per tahun.
            Dia bersekolah di universitas Jesuit di La Fleche dari tahun 1604-1612, yang tampaknya telah memberikan dasar-dasar ilmu matematika modern. Pada tahun 1612, dia pergi ke Paris, namun kehidupan sosial disana dia menganggapnya sangat membosankan, dan kemudian dia mengasingkan diri ke daerah terpencil perancis. Untuk menekuni bidang Geometri, nama daerah terpencil itu Faubourg. Teman-temannya menemukan dia ditempat pengasingan yang ia tinggali. Maka untuk lebih menyembunyikan diri, ia memutuskan untuk mendaftarkan dirinya menjadi tentara belanda.
            Ketika belanda dalam keadaan damai, dia tampak menikmati meditasinya tanpa gangguan selama dua puluh tahun lamanya. Tetapi meletusnya perang tiga puluh tahun mendorongnya untuk mendaftarka diri sebagai tentara Bavaria. Di Bavaria inilah selama musim dingin 1619-1690, dia mendapatkan pengalaman yang dituangkannya kedalam buku karangannya “Descours de la methode ( russel,2007;733)”.
            Descartes terkadang dipanggil sebagai “penemu Filsafat modern” dan “Bapak Matematika modern”, sebagai salah satu pemikir yang paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai Rasionalisme kontinental,  sebuah posisifilosofikal Eropa pada abad ke-17 dan 18.
            Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafati di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berfikir.

6.2.Metode berfikir Rene Descartes

          Rene Descartes adalah seorang ahli matematika perancis yang merasa prihatin atas kekurangannya metode pada filsafat, dia menyusun metode sendiri yang disebut dengan “Metode Skeptis”. Sebuah metode yang dipergunakan untuk menghapus keseluruhan bangun ilmu pengetahuan.
            Sebagai gantinya, ia menciptakan bangunan filosofis barus yang masing-masing blok bangunan itu dicoba dan diuji sehingga terbebas dari keraguan. Meletakan prinsip-prinsip untuk menilai validitas berbagai tuntutan kebenaran. Bukunya yang berjudul “prinsip-prinsip filsafat (principles of Philosophy) mengangkatnya menjadi “Bapak filsafat modern”.
            Descartes adalah seorang tokoh utama rasionalisme yang menciptakan metode “Keraguan” terhadap segala sesuatu dalam berfilsafat. Ia meragukan semua objek yang dapat dilihat oleh panca indra, bahkan pada tubuhnya sendiri. Karena yang dilihatnya ketika sedang tersadar tidak berbeda dengan yang dilihatnya dalam mimpi, berhalusinasi, dan ilusi, yang sebenarnya “ada” yang mana ? Apa yang sedang tertidur atau terbangun , lalu, mengapa objek yang dilihatnya sama ?
            Akan tetapi, Descartes berusaha menemukan kebenaran yang meyakinkan, sehingga dengan memakai metode deduktif, semua pengetahuan dapat disimpulkan. Descartes memahami rasio sebagai jenis perantara khusus untuk mengenal kebenaran. Kebenaran pengetahuan ditelusuri dengan penalaran logis yang bertumpu pada metode deduktif.

7.1. Baruch Spinoza (1632-1677)

            Spinoza adalah seorang filsuf yang paling terkenal di negara Belanda. Beliau adalah satu dari sedikit filsuf yang mengubah metode berfikir dunia barat. Ia dilahirkan di kota amsterdam, Belanda, pada tanggal 1632. Anak dari pasangan yang mengungsi dari portugal.
            Spinoza meninggal di kota Den Haag pada tahun 1677 karena penyakit paru-paru yang dideritanya. Untuk menghidupi dirinya, beliau hidup dalam kepapaan. Beliau pembuat lensa untuk kaca mata dan mikroskop. Mungkin penyakitnya disebabkan oleh debu yang dihirupnya selama bekerja.
            Nama panggilan Spinoza adalah “bento” yang artinya sama dalam bahasa portugis, sebagaimana juga baruch dalam bahasa hebrew dan benedictus, dalam bahasa latin artinya “yang diberkati”. Spinoza belajar banyak bahasa seperti, bahasa Belanda, Portugis, Spanyol, Herbew, dan beliau juga belajar menulis dalam bahasa Latin. Setelah menjalani pendidikan religius, pada tahun 1656 beliau mengalami konflik dengan masyarakat yahudi di Amsterdam. Mungkin bukan karena beliau bersikap kritis terhadap keyakinan yang ortodoks, melainkan karena perilaku beliau yang tidak mau berkompromi dengan hukum dan peraturan ortodoks yang ketat.
            Walaupun dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang lain, Republik termasuk toleran dan terbuka dengan sikap kritis, namun Spinoza tetap harus berhati-hati. Beliau menerbitkan banyak karyanya dengan nama samaran atau tidak diterbitkannya sama sekali. Karya utamanya, Ethica , diterbitkan setelah beliau wafat.
            Tahun 1672 penuh dengan pergolakan dan suasana yang semakin memanas. De Wltt bersaudara terbunuh dalam pemberontakan kaum orange tanpa tindakan apa-apa dari para penguasa. Hal ini sangat mengagetkan spinoza dan beliau langsung datang ketempat kejadian dengan membawa plakat bertuliskan “Barbarorum” (kaum barbar yang paling buruk). Atasan dan teman-temannya menghentikan Spinoza dan mungkin juga dengan begitu menyelamatkan nyawa Spinoza.
            Melalui bukunya tractatus theologico-politicus Spinoza mengemukakan pemikiranya tentang interpretasi bebas kitab injil. Sementara dalam buku tractatus-politicus beliau menulis tentang demokrasi dan pentingnya kebebasan berpendapat. Buku ethica ordine geometricodemonstrata, merupakan buku karya utamanya, ditulis dengan maksud untuk membantu mengurangi penderitaan orang-orang yang menganut suatu keyakinan. Karya ini bukan semata-mata karya filosofi, melainkan memiliki tujuan praktis untuk mengajari pembacanya, bahwa tuhan merupakan bagian dari penciptaan, bahwa semua hal yang eksis merupakan manifestasi dari tuhan, termasuk umat manusia. Agar seseorang mampu memahami hal ini sangat penting untuk bersikap mandiri dan  bebas dari seluruh fanatisme yang terus membelenggu.
            Spinoza membuktikan keyakinan tersebut dalam kehidupannya, bahwa argumen-argumennya selalu disampaikan dengan tenang, dipertimbangkan dengan matang dan masuk akal. Beliau bahkan tidak membiarkan dirinya terprovokasi. Buku Ethica terlalu sulit untuk dibaca, namun Spinoza mempunyai alasan sebagaimana kalimat terakhir dalam buku Ethica “Semua hal yang mulia adalah sulit, karena itu masih sangat langka”.

7.2.Metode Berfikir Spinoza

          Selain Descartes,  Spinoza termasuk penganut methode rasionalisme. Dia telah menyusun sistem filsafat yang menyerupai sistem ilmu ukur. Spinoza berpandangan bahwa argumen-argumen ilmu ukur merupakan kebenaran-kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi.
            Artinya, jika seseorang memahami makna yang dikandung oleh kata-kata yang dipergunakan dalam dalil-dalil ilmu ukur, ia tentu akan memahami makna yang terkandung  dalam pernyataan “sebuah garis lurus merupakan jarak terdekat diantara dua buah titik”. Harus diakui kebenaran pernyataan tersebut, sebagai kebenaran aksiomatik.
            Juhaya S. Praja menjelaskan bahwa pada intinya tidak perlu ada bahan-bahan bukti lain, kecuali makna yang terkandung dalam kata-kata yang sering dipergunakan. Spinoza menetapkan definisi berbagai istilah seperti “Subtansi” dan “sebab bagi dirinya sendiri”, dan juga berbagai dalil, misalnya “apa yang ada, pasti ada”, yang semua itu dipandang sebagai kebenaran tidak perlu lagi dibuktikan. Ia mencoba menyimpulkan dari kebenaran-kebenaran yang lain mengenai kenyataan, Tuhan, manusia, dan kebaikan.

8.1. Al-Kindi (801-873 SM)

          Abu Yusuf Ya’Qub Ibn Ishaq As-Sabbah Al-Kindi adalah filsuf pertama yang terlahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya Al-Kindi selain pandai dalam berbahasa arab, ia juga mahir dalam berbahasa Yunani. Banyak karya-karya filsuf Yunani diterjemahkan kedalam bahasa arab, antara lain karya aristoteles dan plotinus yang diterjemahkannya sebagai karangan aristoteles yang berjudul Teologi menurut Aristoteles, yang dikemudian hari menimbulkan sedikit kebingungan.
            Ia adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf muslim pertama. Secara etnis, Al-Kindi terlahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar didaerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan Al-Kindi adalah menghadirkan filsafat yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
            Al-kindi telah banyak menulis banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu seperti, Metafisika, Etika, Logika, dan Psikologi hingga ilmu pengobatan, Farmarkologi, Matematika, Astrologi, dan optik. Juga meliputi topik praktis seperti parfum, pedang, zoologi, kaca, meteorologi, dan ilmu gempa bumi. Diantaranya sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi Al-Kindi, adalah mukkaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukkaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika.
            Matematika disini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri, dan astronomi. Yang paling utama dari seluruh cakupan ilmu matematika disini adalah ilmu bilangan atau aritmatika, karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun. Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga; daya nafsu (appetitive), daya pemarah (irascible), dan daya berpikir (cognitif atau rasional). Sebagaimana Plato, ia membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya berfikir sebagai sains kereta dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta tersebut. Jika akal budi dapat berkembang baik, maka dua daya jiwa lainnya dapat dikendalikan dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh dorongan nafsu birahi dan amarah diibaratkan oleh  Al-Kindi seperti anjing dan babi, sedang bagi mereka yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka diibaratkan sebagai raja.

8.2.Metode Berfikir Al-Kindi

          Menurut Al-Kindi filsafat adalah sebuah pengetahuan tentang memaparkan kebeneran adalah yang benar. Disinilah terdapat persamaan antara agama dengan filsafat, tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, Demikian juga filsafat. Agama, disamping wahyu mempergunakan akal, daan filsafat juga menggunakan akal. Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah Tuhan dan filsafat, yang paling tinggi ialah filsafat mengenai Tuhan. Bahkan Al-Kindi berani mengatakan bagi orang yang menolak filsafat, berati telah mengingkari kebenaran, dan menggolongkannya kepada golongan yang “Kafir”, karena orang tersebut telah jatuh dari kebenaran, walaupun menggap dirinya ialah yang paling benar. Karena keselarasan filsafat dan agama didasarkan dengan pada tiga (3) alasan; (1) ilmu agama merupakan bagian dari filsafat, (2) wahyu yang diturunkan kepada nabi dan filsafat saling bersesuaian, (3) menurut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama.
            Menurutnya juga filsafat adalah upaya manusia meneladani perbuatan-perbuatan tuhan sejauh dapat dijangkau oleh kemampuan akal manusia, pengetahuan dari segala pengetahuan dan kebijaksanaan dari segala kebijaksanaan, hingga kesemuanya dititik beratkan pada nilai tingkah laku manusia. Menurutnya lagi filsuf adalah “orang yang berupaya memperoleh kebenaran dan hidup menjunjung tinggi keadilan atau hidup dengan adil. Filsuf sejati ialah filsuf yang mampu memperoleh kebijaksanaan dan mengamalkan kebijaksanaan itu sendiri.
            Al-Kindi berusaha menggagas agar filsafat bisa dipelajari dan berpadu dalam islam, namun arah tujuan dari semua itu tidak untuk kebenaran yang hakiki. Untuk itu yang terkenal sebagai filsuf islam pertama kali di dunia yang membuat suatu usaha demi usaha dalam memberikan pencerahan.

9.1. Ibnu Sina (980-1037 SM)

          Ibnu Sina atau dapat dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi negara bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagaian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang dia adalah “Bapak Pengobatan Modern”, dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-.    karyanya. Karyanya yang sangat terkenal terkenal dibidang kedokteran ialah “Qanun Fi Thib”, yang merupakan menjadi refrensi dibidang kedokteran selama berabad-abad.
            Ibnu Sina bernama lengkap Abu Ali Al-husayn bin Abdullah bin Sina atau abu Sina lahir pada 980 SM di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzabekistan (dahulunya Persia), dan meninggal pada bulan juni 1037 SM di Hamadan, Persia (Iran). Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Diantaranya memusatkan dibidang filsafat dan kedokteran. Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of healing dan The Canon of Medicine.

9.2.Metode Berfikir Ibnu Sina

          Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan tentang kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-bukunya yang khusus untuk mengkaji mengenai kejiwaan ataupun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan filsafat. Memang tidak sukar mencari unsur-unsur pemkiran yang membentuk teorinya tentang kejiwaan. Seperti pikiran-pikiran Aristoteles, Galius, atau Plotinus, terutama  pikiran-pikiran Aristoteles yang banyak dijadikan sumber pemikirannya. Namun hal ini tidak berati Ibnu Sina tidak mempunyai kepribadian sendiri atau pemikiran yang sebelumnya, baik dalam segi pembahasan fisika maupun pembahasan metafisika.
Pemikiran Ibnu Sina berbeda dengan pemikiran kaum Sufi dan kaum Mu’Tazilah. Bagi kaum Sufi kemurnia Tauhid mengandung arti bahwa hanya tuhan yang mempunyai wujud. Kalau ada yang lain yang mempunyai wujud hakiki selain tuhan, itu mengandung banyak wujud, dan dengan demikian dapat merusak tauhid. Oleh karena itu mereka berpendapat; Tiada yang berwujud selain dari Allah swt. Semua yang lainnya hakikatnya tidak ada. Wujud yang lain itu adalah sebuah wujud bayangan. Kalau dibandingkan dengan pohon dan bayanganya, yang sebenarnya mempunyai wujud adalah pohonya, sedangkan bayangannya hanyalah gambar seakan-akan tidak ada. Pendapat inilah yang kemudian yang membawa Paham Wahdad al-wujud (kesatuan wujud), dalam arti wujud bergantung bayangan bersatu dengan wujud yang punya bayangan.
            Kalau kaum Mu’tazilah dalam usaha memurnikan tauhid pergi ke peniadaan sifat-sifat Tuhan dan kaum sufi ke peniadaan wujud selain dari wujud Allah swt, maka kaum filosof yang dipelopori Al-farabi, pergi ke paham Emanasi atau al-faidh. Lebih dari Mu’tazilah dan kaum Sufi. Al-farabi berusaha meniadakan adanya arti banyak dalam diri tuhan. Kalau Tuhan berhubungan langsung dengan alam yang tersusun dari banyak unsur ini, maka dalam pemikiran Tuhan terdapat pemikiran yang banyak (tak terhingga). Pemikiran yang banyak membuat faham tauhid tidak murni lagi.
            Menurut Al-farabi , Allah menciptakan alam ini melalui emanasi dalam arti bahwa wujud Tuhan melimpahkan wujud alam semesta. Emanasi ini terjadi melalui taffakur (berfikir) Tuhan tentang dzat-nya yang merupakan prinsip dari peraturan dan kebaikan dalam alam. Dengan kata lain, berpikirnya Allah swt tentang dzat-nya adalah sebab dari adanya alam ini. Dalam arti bahwa ia yang mengetahuinya.
            Ibnu Sina berpendapat, bahwa akal pertama mempunyai dua sifat; sifat wajib wujudnya sebagai pancaran dari Allah, dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakikat dirinya atau necesary by virtual of the necesary being and possible in essence. Dengan demikian ia mempunyai tiga objek pemikiran; Tuhan, Dirinya sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya.
            Dari pemikiran tentang tuhan timbul akal-akal dari pemikiran tentang dirinya sebagai wajib wujudnya timbul jiwa-jiwa dari pemikiran tentang dirinya sebagai mungkin wujudnya timbul dari langit. Jiwa manusia sebagaimana jiwa-jiwa lain dan segala apa yang terdapat dibawah bulan, memancar dari akal ke sepuluh.
            Ada empat Dalil yang dikemukakan Ibnu Sina untuk membuktikan adanya jiwa yaitu;
1.      Dalil alam – kejiwaan (natural psikologi)
pada diri kita ada peristiwa yang tidak mungkin di tafsirkan, kecuali sesudah mengakui adanya jiwa yang menggerakannya.

2.      Dalil aku dan kesatuan gejala-gejala kejiwaan
menurut Ibnu Sina  apabila seseorang sedang membicarakan tentang dirinya atau mengajak bicara kepada orang lain, maka yang dimaksudkan ialah jiwanya, bukan badannya. Jadi ketika kita mengatakan saya keluar atau saya tidur, maka bukan gerak kaki, atau pemejaman mata yang dimaksudkan, tetapi hakikat kita dan seluruh pribadi kita.

3.      Dalil kelangsungan (kontinuitas)
Dalil ini mengatakan bahwa masa kita yang sekarang berisi juga masa lampau dan masa depan. Kehidupan rohani kita pada pagi ini ada hubungannya dengan kehidupan kita yang kemarin, dan hubungan ini tidak terputus oleh tidur kita, bahkan juga ada hubungannya dengan kehidupan kita yang terjadi beberapa tahun lalu. Kalau kita ini bergerak dalam mengalami perubahan, maka gerakan-gerakan dan perubahan tersebut berhubungan satu sama lain dan berangkai-rangkai pula. Pertalian dan perangkaian ini bisa terjadi karena peristiwa-peristiwa jiwa merupakan limpahan dari sumber satu dan beredar sekitar titik tarik yang tetap. Ibnu Sina membuka Dalil kelangsungan tersebut telah membuka ciri-ciri kehidupan pikiran yang paling khas dan mencerminkan penyelidikan dan pembahasannya yang mendalam, bahkan telah mendahuli masanya beberapa abad, karena pendapatnya tersebut dipegangi oleh ilmu jiwa yang modern dan mendekati tokoh-tokoh pikiran sekarang

4.      Dalil orang terbang atau orang yang tergantung di udara.
Dalil ini adalah yang terindah dari Ibnu Sina dan yang paling jelas menunjukan daya kreasinya. Didasarkan atas perkiraan dan khayalan, namun tidak mengurangi kemampuannya untuk memberikan keyakinan. Dalil tersebut mengatakan sebagai berikut; “andaikan ada seseorang yang  mempunyai kekuatan yang penuh, baik akal maupun jasmani, kemudia ia menutup matanya sehingga dapat melihat sama sekali apa yang ada di sekelilingnya, kemudian ia diletakan di udara atau dalam kekosongan, sehingga ia tidak merasakan sesuatu persentuhan atau bentrokan  atau perlawanan, dan anggota-angota badannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak sampai saling bersentuhan atau bertemu. Meskipun ini semua terjadi namun orang tersebut tidak akan ragu-ragu bahwa dirinya itu ada, meskipun ia sukar dapat menetapkan wujud salah satu bagian badannya. Bahkan ia boleh jadi tidak mempunyai pikiran sama sekali tentang badan, sedangkan wujud yang digambarkannya adalah wujud yang tidak mempunyai tempat, atau panjang, lebar, dan dalam (bentuk tiga dimensi). Kalau pada saat tersebut ia menghayalkan (memperkirakan) ada tangan dan kakinya”. Dengan demikian maka penetapan tentang wujud dirinya, tidak timbul dari indera atau melalui badan seluruhnya, melainkan dari sumber lain yang berbeda sama sekali dengan badan yaitu jiwa.

10.1.Georg Wilhem Friederich Hegel (1770-1831)

            Georg Wilhem Friederich Hegel adalah seorang tokoh filsuf idealis Jerman yang lahir pada tanggal 27 agustus 1770, Stuttgart, Wurttemberg, Kini yang telah menjadi negara Jerman Barat Daya. Pengaruhnya sangat luas terhadap penulis dari berbagai posisi, termasuk para pengagumnya seperti; F.H.Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Dan Karl Marx, dan bagi mereka yang menentangnya juga seperti; Kierkegard, Schoupenhauer, Nietzsche, Hiedegger, dan Schelling.
            Semasa Hegel hidup adalah masa yang penuh dengan tantangan. Revolusi Perancis dengan cita-cita kebebasan, persamaan, dan persaudaraan, mengguncang tatanan monarki feodal sebelumnya. Walaupun pada masa itu Perancis adalah tempat yang penuh dengan gejolak. Namun di Jerman, tempat Hegel lahir dan tumbuh, tetap stabil seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Universitas Tubingen adalah Universitas yang konservatif. Teks filsafat-filsafat pencerahan yang kental dengan ide Otonomi dan kebebasan individu dilarang untuk disebar luaskan. Tentu saja Hegel tidak mematuhi peraturan yang aneh itu. masalah langsung dihadapinya, bagaimana menerapkan cara berfikir modern yang ditimbanya dari para filsuf pencerahan di Jerman, yang ada pada masa itu relatif masih menjadi masyarakat tradisional.
            Dapat dikatakan bahwa ialah yang pertama kali memperkenalkan dalam filsafat. Gagasan bahwa sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar dari lingkaran Philoshopia perennis, yakni, masalah-masalah abadi dalam dunia kefilsafatan. Ia juga menekankan pentingnya yang lain dalam proses pencapaian kesadaran diri (lihat diallektika tuan-hamba).
            Hegel juga dikenal sebagai filsuf yang menggunakan Diallektika sebagai metode filsafat. Diallektika menurutnya adalah dua hal yang dipertentangkan lalu diperdamaikan, atau bisa dikenal dengan Tesis (pengiyaan), Antithesis (pengingkaran), sintesis (kesatuan kontradiksi). Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang empiris indrawi. Pengertian yang terkandung didalamnya berasal dari suku kata sehari-hari, spontan, bukan reflektif, sehingga terkesan abstrak, umum, statis, dan konseptual. Pengingkaran adalah konsep pengertian pertama (pengiyaan) dilawanartikan, sehingga ,muncul konsep pengertian kedua yang kosong, formal, tak tentu, dan tak terbatas.
            Menurut Hegel, dalam konsep kedua sesungguhnya tersimpan tersimpan pengertian konsep yang pertama. Konsep pemikiran kedua ini juga diterangkan secara radikal (berakar, termanage, tersistematis, dan ilmiah) agar kehilangan ketegasan dan mencair. Kontradiksi merupakan motor dialektika (jalan menuju kebenaran), maka kontradiksi harus mampu membuat konsep yang bertahan dan saling mengevaluasi. Kesatuan dalam kontradiksi menjadi alat untuk melengkapi dua konsep pengertian yang saling berlawanan agar tercipta konsep baru yang lebih ideal.

10.2.Metode Berfikir Hegel

          Subyektifitas menurut Hegel adalah sebuah tema yang sudah berumur ratusan tahun, jauh sebelum masa hidup Hegel. Para filsuf modern seperti, Kant dan Descartes merefleksikannya secara tersistematis dan mendalam. Namun menurut Hegel refleksi filsafat tentang subyektifitas didalam filsafat Kant maupun Descartes masih terjebak pada kesalahpahaman dan inkoherensi. seperti yang ditulis oleh Krasnoff, bagi Descartes, subyektifitas adalah konsep yang bersifat kontemplatif. Fungsi konsep itu sendiri semata-mata hanya sebagai titik awal (starting point) untuk memberikan kepastian metodologis (methodological certainty). Tidak ada kepastian apakah pikiranku memiliki hubungan langsung dengan realitas ?. yang pasti adalah bahwa aku sedang berfikir (I am thinking), dan pikiran itu selalu mengarah pada sesuatu. Aku tidak pernah berfikir kosong, karena aku selalu berfikir tentang sesuatu.
            Namun menurut Krasnoff  jika pikiran adalah soal individu subyektif semata, maka tidak ada kemungkinan untuk menilai, apakah pikiran itu sudah tepat atau tidak. Jika argument ini benar, lalu bagaimana hubungan antara pikiran, konsep, dan dunia fisik eksternal ?  ini adalah pertanyaan yang langsung menjatuhkan seluruh sistem Cartesian. Bagi descartes hubungan pikiran dengan dunia luar terletak pada fakta, bahwa Tuhan itu ada, dan ia tidak mungkin menipu kita. Tentu saja argument ini sama sekali tidak kuat, dan bahkan terkesan sangat Dogmatis. Yang ingin dicapai Descartes adalah ketaatan berfikir metodis didalam perfilsafatan. Namun kekuatan pendekatan Descartes ternyata juga mencerminkan kelemahanya. Filsafatnya tidak memberikan argument yang cukup memadai tentang hubungan antara pikiran dan realitas fisik diluarnya.
            Hegel sendiri sebenarnya banyak sependapat dengan Kant. Namun begitu Hegel ingin menyelamatkan konsep subyek dari isolasi, seperti yang dialami konsep subyek di dalam filsafat Descartes. Hegel setuju bahwa subyektivitas manusia itu sifatnya aktif dan kreatif, serta mampu menolak semua tekanan dari luar. Setelah subyek melampaui semua kekangan yang menghambatnya, ia kemudian menjadi sadar diri (self-conscious), yakni sadar akan kesalahan dari tindakan ataupun pilihannya. Di dalam proses menyadari dirinya sendiri ini, subyek kemudian semakin mengetahui dan memahami dirinya sendiri (self-knowledge).
            Metode dilaektika Hegel terdiri dari tiga tahap, pertama adalah Tesis, yakni membangun suatu pernyataan tertentu . Kedua adalah Antitesis, yakni sebuah pernyataan argumentatif yang menolak Tesis. Dan ketiga Sintesis, yakni upaya mendamaikan tegangan Tesis dan Antitesis. Biasanya para ahli mengaitkan konsep dialektika ini dengan filsafat Hegel, walaupun Hegel sendiri tidak pernah secara eksplisit menyatakan, bahwa dirinya mendapatkan argument itu dari filsafat Kant. Lepas dari itu metode dialektika memang nantinya menjadi sangat populer ditangan para filsuf Idealis Jerman, terutama didalam pemikiran Hegel sendiri.
            Didalam karya tulisan Hegel memang tidak secara langsung menggunakan konsep Tesis-Antitesis-Sintesis. Namun ia menggunakan Logika pada saat membaca dialektika yang sedang terjadi seperti yang tercantum disetiap karya tulisnya. Dia kerap kali menggunakan konsep abstrak-negatif-konkret (abstract-negative-concrete) untuk melukiskan cara berfikir dialektisnya tentang realitas. Beberapa kali ia menggunakan kata langsung-tidak langsung-konkret (immediate-mediate-concrete). Hegel memang menggunakan kata-kata yang berbeda untuk menegaskan metode berfikir dialektis yang ia gunakan didalam sistem filsafatnya.
            Di dalam rumusan tesis-antitesis-sintesis, kita tidak bisa mengerti secara logis mengapa tesis terkait dengan antitesis. Yang dikatakan oleh para komentator Hegel hanyalah di dalam tesis sudah langsung termuat antitesis. Namun apa sesungguhnya arti dari argumen itu? Coba kita lihat rumusan Hegel abstrak-negatif-konkret. Di dalam rumusan itu sudah diandaikan, bahwa tesis, yakni abstrak, memiliki kelemahan, yakni bahwa ia belum diuji di dalam realitas. Konsep abstrak belum memiliki aspek pengalaman, dan belum teruji di dalam kerasnya realitas. Di dalam tahap negatif, yang merupakan level antitesis, apa yang abstrak tadi diceburkan ke dalam realitas, dan berinteraksi dengan negativitas yang seringkali muncul di dalam pengalaman. Baru setelah itu abstrak dan negatif mengelami sintesis, dan menjadi konkret. Level konkret baru bisa dicapai, jika level negatif dan abstrak sudah dilampaui. Inilah esensi dari metode dialektis yang dapat ditemukan di dalam seluruh filsafat Hegel.
            Untuk menggambarkan konsep pelampauan negatif dan abstrak itu, Hegel menggunakan konsep Aufhebung, yang berarti ‘melampaui’ (overcoming). Secara kasar konsep melampaui itu bisa dianggap sebagai suatu upaya untuk menerjang batas-batas konsep yang ada sebelumnya, sambil tetap mengambil sisi positifnya yang tertinggal. Di dalam bukunya yang berjudul Ilmu Logika (Science of Logic), Hegel mencoba melukiskan proses dialektika untuk memahami keberadaan manusia. Keberadaan manusia pada awalnya adalah Ada (Being). Namun ada-murni (pure being) ternyata tidak dapat dibedakan dengan ketiadaan (Nothing). Sesuatu yang keberadaanya bersifat murni, yakni tidak tergantung pada realitas inderawi, juga secara logis dapat disamakan dengan tidak ada. Di dalam proses ada-murni, yang juga berarti ketiadaan, akan melampaui batas-batasnya sendiri, dan kemudian bersatu di dalam ‘menjadi’ (becoming). Di dalam kosa kata teori dialektika Hegel, ada-murni adalah tesis. Ketiadaan adalah antitesis dari ada-murni. Dan menjadi (becoming) adalah sintesis dari ada-murni dan ketiadaan.

11.1. Karl Marx (1818-1883)

          Karl Heinrich Marx lahir di Trier, Prusia, pada tanggal 5 mei 1818. Beliau meninggal di London, Inggris, pada tanggal 14 maret 1883, pada usia 64 tahun. Beliau adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia.
            Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai sejarahdari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas”. Sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka buku karangannya yang berjudul Communist Manifesto.
            Karl Marx adalah seseorang yang terlahir dari keluarga progresif Yahudi. Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cendrung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal untuk menjadi pengacara.
            Herschel pun berganti nama menjadi Heinrich, saudara Herschel yang bernama Samuel beragama leluhurnya yaitu rabi kepala dari trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendikiawan dan artis-artis masa-masa awal Karl Marx.
            Marx menjalani pendidikan di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835. Pada usianya yang ke-17, ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Travern yang mengakibatkan nilai yang buruk. Marx tertarik belajar kesastraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Marx untuk pindah ke Universitas di Berlin. Pada saat itu Marx menulis banyak puisi dan essai tentang kehidupan, menggunakan bahasa Teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The deity’ namun ia juga menerapkan filosofi Atheis dari young Hegellian yang terkenal di Berlin pada saat itu. Marx mendapatkan gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesisnya yang berjudul “The Difference Between Epicurean Philosophy of Nature”. Namun, ia harus menyerahkan Disertasinya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa statusnya yang sebagai Young Hegellian radikaln akan diterima dengan kesan buruk di Berlin.

11.2.Metode Berfikir Karl Marx 

            Marxisme merupakan paham yang berasal dari pandangan-pandangan Karl Marx. Marxisme adalah paham yang bertujuan untuk memperjuangkan kaum buruh (Proletar) untuk melawan kaum Borjuis. Teori Marxisme yang secara umum dipandang sebagai dasar ideologi komunisme dicetuskan dan dikembangkan Karl Marx dan Friedrich Engel sejak 150 tahun yang lalu sebagaimana yang tertulis dibuku karyanya yang berjudul The Manifesto of The Communist party yang diterbitkan pada tanggal 21 februari 1845 merupakan sebuah manifesto politik mengenai teori komunis yang menekankan pada perjuangan kelas dan kesejahteraan ekonomi.
            Teori Marxisme yang dibangung oleh Marx ini sangat dipengaruhi oleh filsafat diallektika Hegel. di Berlin ia menjadi penganut filsafat Hegel dan menempati bagian utama diantara murid-murid Hegel itu. Setelah diasingkan dari Prusia, tinggal lah ia di Paris, Brussel, London. Oleh Marx tindakan politik dan sosial dipadukan menjadi keseluruhan filsafat dan ilmu.
            Menurut Marx hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi. Segala hasil tindakannya yaitu ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, politik, semuanya itu endapan dari keadaan itu. Sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan benar-benar didalam sejarahnya. Keadaan ekonomi telah membangun pemikiran atau kesadaran manusia. Dan seluruh konsep pengetahuan tersebut oleh Marx disebut superstruktur.
            Marx memungut apa yang dianggapnya unsur terpenting dari dua pemikir, diallektika Hegel, dan matrealisme feurbach dan meleburnya menjadi satu orientasi filsafat. Yakni matrealisme, diallektika  yang menekankan pada hubungan diallektika dalam kehidupan material. Matrealisme Marx lebih menekankan pada sektor ekonomi yang akan menyebabkan pemikiran yang sejalan dengan pemikiran kelompok ekonomi politik. Marx sangat memuji ekonomi politik karena tenaga kerja menjadi sumber pertama kekayaan sebagai premis dasarnya, dan pada dasarnya Marx merumuskan teori nilai lebih tenaga kerja. Kapitalis menggunakan tipu muslihatnya sangat sederhana, dengan membayar murah upah tenaga kerja  dengan murah, kurang dari dikatakan upah yang selayaknya mereka terima. Karena mereka (buruh) menerima upah kurang dari nilai barang yang sebenarnya yang telah mereka hasilkan dalam suatu periode waktu bekerja (jam kerja).
            Nilai surplus ini, yang disimpan dan di investasikan oleh kapitalis kembali, dan ini merupakan basis sistem kapitalis untuk mengeksploitasi hak ketenaga kerjaan secara terus-menerus meningkat dalam mencari sebuah Profit (keuntungan) lebih. Dan terus menginvestasikannya kembali untuk mengembangkan keuntungan.  Dapat dikatakan bahwa Marx menawarkan sebuah teori tentang mayarakat kapitalis bedasarkan citranya mengenai sifat mendasar manusia. Marx yakin bahwa manusia pada dasarnya produktif, artinya untuk dalam bertahan hidup manusia perlu bekerja didalam industri dan dengan alam. Dengan kata lain manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial.
            Mereka perlu bekerja bersama untuk menghasilkan segala sesuatu yang mereka perlukan untuk hidup. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah struktur atau lebih tepatnya serangkaian struktur yang membuat batas pemisah antara, seorang individu, dan proses produksi. Produk yang diproses dan orang lain,, dan akhirnya juga memisahkan diri individu itu sendiri. Inti pandangan ini ialah bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis, sedangkan dua dimensi kehidupan masyarakat lainnya, institusi-institusi sosial, terutama negara, dan bentuk-bentuk kesadaran sosial merupakan bangunan atas perkembangan masyarakat.
            Untuk memperhatikan bidang ekonomi ciri yang khas menurut Marx yang paling menentukan bagi semua bentuk ekonomi sampai sekarang adalah pemisahan para pemilik dan pekerja. Masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan dari satu sama lain bedasarkan kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses produksi. Pada garis besarnya (terutama semakin produksi masyarakat mendekati pola kapitalis) kelas-kelas sosial termasuk salah satu dari kedua kelompok kelas. Yaitu kelas pemilik modal yang berkuasa (kapital). 

12.1.Kesimpulan

          Setiap perbedaan pandangan para filsuf-filsuf itu sudah pasti ada, karena itu persoalan masalah cara pandang para filsuf masing-masing. Tapi didalam rumusan disiplin ilmu filsafat (bukan filsafatnya) sangat dipengaruhi perkembangan zaman (modernitas) yang membuat pandangan para filsuf sebenarnya tetap berseragaman, karena aspek epistomologi. Sedangkan dalam pola berfikirnya tergantung keadaan alam, waktu, keadaan situasi sosial. Dan kebudayaan para filsuf masing-masing. Bahkan pola berfikir para filsuf bisa ditenggarai karena pengaruh keadaan politik pada waktu setempat. Dasarnya para filsuf islam dan filsuf eropa (modern) kunci nya terdapat pada pandangan-pandangan para filsafat Yunani, dan mereka terus menjabarkan tradisi mereka dari tradisi filsafat Yunani sebagai kiblat cara pandang dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi.

13.1.Daftar Pustaka

Al-ahwan, ahmad fuad, Filsafat islam, jakarta, pustaka Firdaus, 1984
Drs.Beni Ahmad Saebani, M.Si, Prof.Dr.H.Juhaya S. Pradj, M.A., Filsafat manajement, Pustaka setia Bandung, Bandung 2012
.Prof.Dr.Kees Bertends, Kanisius, Sejarah Filsafat Yunani, Jakarta, Januari 1999

Sumber Internet :
http:// Miftahuddin86.blogspot.com/metode berfikir filsafat islam/
http://rumahfilsafat.com/2009/08/16/hegel-dan-dialektika/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar