Minggu, 14 September 2014

IMPREALISME KUNO DAN MODERN




Imperialisme ditinjau dari segi etimologis berasal dari kata Latin imperare yang artinya memerintah atau menguasai. Kekuasaan untuk memerintah (imperare) disebut imperium dan raja yang memerintah disebut imperator. Pada periode penaklukan kebesaran seorang raja diukur berdasarkan luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme, dan selanjutnya berkembang pengertian lain sebagaimana yang kita kenal sekarang ini.
Imperialisme menurut isitilah (terminologis) ialah politik menguasai negara lain untuk kepentingan negara penjajah.
Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism) 
Imperialisme kuno adalah upaya suatu negara mencari tanah jajahan karena terdorong 3G
 (gold, gospel, glory). Gold adalah mencari kekayaan berupa logam mulia, emas dan perak, termasuk rempah-rempah, gospel, yaitu menyebarkan agama Nasrani, dan glory, yakni untuk kejayaan negeri induknya. Imperialisme kuno melakukan praktek penjajahan yang amat buruk, mereka mengangkut sebesar-besarnya kekayaan alam tanah jajahan ke negara penjajah, tanpa memedulikan nasib rakyat jajahan. Pelopor imperialisme kuno adalah Portugis dan Spanyol.
Imperialisme Modern (Modern Imperialism) 
Imperialisme modern timbul setelah revolusi industri, pertama kali di Inggiris lalu menyebar ke negara Eropa lainnya. Kemajuan industri berdampak pada masalah pemenuhan kebutuhan bahan mentah dan pasar yang luas. Negara penjajah mencari tanah jajahan untuk kepentingan ekonomi dan memenuhi kebutuhan industri yaitu sebagai tempat pengambilan bahan mentah dan pasaran hasil industrinya, sehingga ekonomi merupakan inti dari imperialisme modern. Inggris adalah pelopor imperialisme modern




Timbulnya Kata Imperialisme[sunting | sunting sumber]
Perkataan Imperialisme pertama kali Inggris pada akhir abad XIX. Disraeli, perdana menteri Inggris, ketika itu menjelmakan politik yang ditujukan pada perluasan kerajaan Inggris hingga suatu "impire" yang meliputi seluruh dunia. Politik Disraeli ini mendapat opisisi yang kuat. Golongan oposisi takut kalau-kalau politik Disraeli itu akan menimbulkan krisis-krisis internasional. Karena itu mereka menghendaki pemusatan perhatian pemerintah pada pembangunan dalam negeri dari pada berkecipuhan dalam sola-soal luar negeri. Golongan oposisi ini disebut golongan " !" dan golongan Disraeli (Joseph Chamberlain, Cecil Rhodes) disebut golongan "Empire" atau golongan "Imperialisme". Timbulnya perkataan imperialis atau imperialisme, mula-mula hanya untuk membeda-bedakan golangan Disraeli dari golongan oposisinya, kemudian mendapat isi lain hingga mengandung arti seperti yang kita kenal sekarang.
Asal Mula Kata Imperialisme[sunting | sunting sumber]
Perkataan imperialisme berasal dari kata Latin "imperare" yang artinya "memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium". Orang yang diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator". Yang lazimnya diberi imperium itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah dimana imperiumnyaberlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata yang kita kenal sekarang ini. hingga kata imperealisme ini bisa digunakan untuk dan menetap dimana saja.
Arti Kata Imperialisme[sunting | sunting sumber]
Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. "Menguasai" disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri. Apakah beda antara imperialisme dankolonialisme ? Imperialisme ialah politik yang dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah politik yang dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dariimperium jika imperium itu merupakan gabungan jajahan-jajahan.
Lazimnya imperialisme dibagi menjadi dua:
1.   Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism). Inti dari imperialisme kuno adalah semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya. Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol dan Portugal.
2.   Imperialisme Modern (Modern Imperialism). Inti dari imperialisme modern ialah kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri besar-besaran (akibat revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, kemudian juga sebgai tempat penanaman modal bagi kapital surplus.
Pembagian imperialisme dalam imperialisme kuno dan imperialisme modern ini didasakan pada soal untuk apa si imperialis merebut orang lain.
Jika mendasarkan pendangan kita pada sektor apa yang ingin direbut si imperialis, maka kita akan mendapatkan pembagian macam imperialisme yang lain, yaitu:
1.   Imperialisme politik. Si imperialis hendak mengusai segala-galnya dari suatu negara lain. Negara yang direbutnya itu merupakan jajahan dalam arti yang sesungguhnya. Bentuk imperialisme politik ini tidak umum ditemui pada zaman modern karena pada zaman modern paham nasionalisme sudah berkembang. Imperialisme politik ini biasanya bersembunyi dalam bentuk protectorate dan mandate.
2.   Imperialisme Ekonomi. Si imperialis hendak menguasai hanya ekonominya saja dari suatu negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat dikuasai dengan jalan imperialisme politik, maka negara itu masih dapat dikuasai juga jika ekonomi negara itu dapat dikuasai si imperialis. Imperialisme ekonomi inilah yang sekarang sangat disukai oleh negara-negara imperialis untuk menggantikan imperialisme politik.
3.   Imperialisme Kebudayaan. Si imperialis hendak menguasai jiwa (de geest, the mind) dari suatu negara lain. Dalam kebudayaan terletak jiwa dari suatu bangsa. Jika kebudayaannya dapat diubah, berubahlah jiwa dari bangsa itu. Si imperialis hendak melenyapkan kebudayaan dari suatu bangsa dan menggantikannya dengan kebudayaan si imperialis, hingga jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama atau menjadi satu dengan jiwa si penjajah. Menguasai jiwa suatu bangsa berarti mengusai segala-galanya dari bangsa itu. Imperialisme kebudayaan ini adalah imperialisme yang sangat berbahaya, karena masuknya gampang, tidak terasa oleh yang akan dijajah dan jika berhasil sukar sekali bangsa yang dijajah dapat membebaskan diri kembali, bahkan mungkin tidak sanggup lagi membebaskan diri.
4.   Imperialisme Militer (Military Imperialism). Si imperialis hendak menguasai kedudukan militer dari suatu negara. Ini dijalankan untuk menjamin keselamatan si imperialis untuk kepentingan agresif atau ekonomi. Tidak perlu seluruh negara diduduki sebagai jajahan, cukup jika tempat-tempat yang strategis dari suatu negara berarti menguasai pula seluruh negara dengan ancaman militer.
Sebab-sebab Imperialisme[sunting | sunting sumber]
1.   Keinginan untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia (ambition, eerzucht). Tiap bangsa ingin menjadi jaya. Tetapi sampai dimanakah batas-batas kejayaan itu ? Jika suatu bangsa tidak dapat mengendalikan keinginan ini, mudah bangsa itu menjadi bangsa imperialis. Karena itu dapat dikatakan, bahwa tiap bangsa itu mengandung benih imperialisme.
2.   Perasaan sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah bangsa istimewa di dunia ini (racial superiority). Tiap bangsa mempunyai harga diri. Jika harga diri ini menebal, mudah menjadi kecongkakan untuk kemudian menimbulakan anggapan, bahwa merekalah bangsa teristimewa di dunia ini, dan berhak menguasai, atau mengatur atau memimpin bangsa-bangsa lainnya.
3.   Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat menimbulkan imperialisme. Tujuannya bukan imperialisme, tetapi agama atau ideologi. Imperialisme di sini dapat timbul sebagai "bij-product" saja. Tetapi jika penyebaran agama itu didukung oleh pemerintah negara, maka sering tujuan pertama terdesak dan merosot menjadi alasan untuk membenarkan tindakan imperialisme.
4.   Letak suatu negara yang diangap geografis tidak menguntungkan. Perbatasan suatu negara mempunyai arti yang sangat penting bagi politik negara.
5.   Sebab-sebab ekonomi. Sebab-sebab ekonomi inilah yang merupakan sebab yang terpenting dari timbulnya imperialisme, teistimewa imperialisme modern.
1.  Keinginan untuk mendapatkan kekayaan dari suatu negara
2.  Ingin ikut dalam perdagangan dunia
3.  Ingin menguasai perdagangan
4.  Keinginan untuk menjamin suburnya industri
Akibat Imperialisme[sunting | sunting sumber]
1.   Akibat politik
1.  Terciptanya tanah-tanah jajahan
2.  Politik pemerasan
3.  Berkorbarnya perang kolonial
4.  Timbulnya politik dunia (wereldpolitiek)
5.  Timbulnya nasionalisme
1.   Akibat Ekonomis
1.  Negara imperialis merupakan pusat kekayaan, negara jajahan lembah kemiskinan
2.  Industri si imperialis menjadi besar, perniagaan bangsa jajahan lenyap
3.  Perdagangan dunia meluas
4.  Adanya lalu-lintas dunia (wereldverkeer)
5.  Kapital surplus dan penanamna modal di tanah jajahan
6.  Kekuatan ekonomi penduduk asli tanah jajahan lenyap
2.   Akibat sosial
1.  Si imperialis hidup mewah sementara yang dijajah serba kekurangan
2.  Si imperialis maju, yang dijajah mundur
3.  Rasa harga diri lebih pada bangsa penjajah, rasa harga diri kurang pada bangsa yang dijajah
4.  Segala hak ada pada si imperialis, orang yang dijajah tidak memiliki hak apa-apa
5.  Munculnya gerakan Eropa-isasi.


PENGERTIAN IMPREALISME

Kata imperialisme berasal dari kata imperator, yang artinya memerintah. Ada juga kata lain yang masih berhubungan dengan imperialisme yakni imperium, yang diartikan sebuah kerajaan besar yang memiliki daerah jajahan yang amat luas.
Imperialisme terbagi dua,  yaitu imperialisme kuno dan imperialisme modern.


1.       Imperialisme kuno (ancient imperialism)
Dalam pelaksanaan imperialisme kuno , negara penjajah mencari tanah jajahan karena terdorong oleh gold (kekayaan berupa logam mulia, emas dan perak), gospel, (penyebaran agama yang di anutnya) dan glory (mendapatkan kejayaan negeri induknya). mereka menduduki suatu wilayah (daerah) sebagai daerah jajahan untuk menyebarkan agama, mencari kekayaan dan sekaligus menambah kejayaan negeri induknya. sehingga gold, gospel dan glory merupakan inti dari imperialisme kuno.

2.       Imperialisme modern (modern imperialism)
Negara penjajah mencari tanah jajahan karena tergolong oleh kepentingan ekonomi dan juga untuk memenuhi kebutuhan industri. Negara jajahan dijadikan sebagai sumber penghasil bahan mentah dan tempat pemasaran hasil industri. Oleh karena itu, ekonomi merupakan inti imperialisme modern.

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME


1. Imperialisme
Istilah imperialisme diperkenalkan pertamakali adalah di Perancis pada tahun 1830-an, suatu kata atau istilah yang merujuk kepada “imperium Napoleon Bonaparte”. Ketika itu, istilah ini diperkenalkan oleh seorang penulis Inggris untuk menerangkan dasar-dasar perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris. Orang Inggris ketika itu beranggapan bahwa merekalah sebenarnya bangsa yang paling berkuasa (Greater Britain), karena mereka pada kenyataannya telah banyak menguasai dan menjajah di wilayah – wilayah diluar Eropa semisal Asia dan Afrika. Mereka menganggap bahwa penjajahan pada dasarnya adalah bertujuan mulia, yaitu untuk memajukan dan membangun masyarakat diluar Eropa yang pada saat itu dipandang masih terbelakang (primitif), dan oleh karenya penjajahan menurut mnereka adalah untuk kebaikan dunia.
Konsep “Imperialisme” sebenarnya merujuk pada suatu sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan politik dari negara-negara kaya dan berkuasa , untuk mengawal dan menguasai negara – negara diluar Eropa yang dianggap terbelakang dan miskin. Akan tetapi sayangnya kata “imperialisme” pada kenyataannya juga tidak terlepas dengan tujuan untuk mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di negara - negara luar Eropa tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya. Imperialisme dalam prakteknya justru menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony) oleh suatu bangsa atas bangsa lain, sehingga  pada prinsipnya tujuan utama imperialisme itu sendiri adalah untuk menambah hasil ekonomi atau kekayaan bagi negeri penjajah (Gold). Negara-negara imperialis pada kenyataannya justru hanya ingin memperoleh keuntungan dari negeri – negeri yang mereka kuasai. Selain faktor ekonomi, kaum imperialis juga terdorong oleh satu kepercayaan atau anggapan bahwa suatu bangsa tertentu adalah lebih mulia atau lebih baik kedudukannya di muka bumi dari pada bangsa yang lain,  atau yang disebut dengan  istilah “ethnosentrism”. Bangsa Jerman (Arya), Jepang, dan Italia adalah diantara contoh bangsa-bangsa didunia yang menganut pandangan tersebut. Faktor lain yang menyumbang pada dikembangkannya konsep “imperialisme” adalah, adanya perasaan dari suatu bangsa yang ingin mencapai taraf sebagai bangsa yang besar dan memerintah dunia, Inggris dan juga Jepang adalah contoh terbaik yang membangun dasar imperialisme mereka dari pandangan yang seperti itu.
Akhirnya memang patut pula dipertimbangkan bahwa dasar imperialisme pada awalnya adalah bertujuan untuk menyebarkan ide-ide dan kebudayaan Barat yang dianggap lebih baik itu ke seluruh dunia. Oleh karena itulah, ada konsep yang meyakini bahwa imperialisme bukan hanya dapat dilihat sebagai bentuk penindasan terhadap tanah jajahan tetapi sebaliknya dapat pula dipandang sebagai faktor pendorong bagi pembaharuan-pembaharuan yang dapat menyumbang kearah pembinaan dan kemajuan sebuah bangsa, seperti pendidikan, kesehatan, perundang-undangan dan sistem pemerintahan, misalnya.
Para sejarawan Barat cenderung membagi imperialisme dalam dua kategori yaitu imperialisme kuno dan imperialisme modern. Imperialisme kuno adalah konsep yang bermuara kepada negara-negara yang berhasil menaklukan atau menguasai negara-negara lain, atau bahkan negara -negara yang mempunyai suatu imperium besar seperti halnya imperium Romawi, Imperium Turki Usmani, dan China, spanyol, Portugis, Belanda, Inggris bahkan Perancis yang belakangan memperoleh jajahannya di Asia, Amerika dan Afrika sebelum 1870. Dengan demikian dapatlah digambarkan bahwa tujuan imperialisme kuno, pada dasarnya adalah selain faktor ekonomi yaitu untuk menguasai daerah – daerah yang kaya dengan sumber daya alam, juga termasuk didalamnya faktor untuk penyebaran agama dan memperoleh kajayaan negara.
Sedangkan Imperialisme modern, pada umumnya bermula setelah Revolusi Industri yang awalnya terjadi di Inggris pada tahun 1870-an. Hal yang menjadi faktor pendorong berubahnya konsep atau pandangan tentang imperialisme kuno ke bentuk imperialisme modern, adalah adanya kelebihan modal dan barang (surplus produksi) di negara-negara Barat. Selepas tahun 1870-an , maka negara – negara di Eropa selanjutnya berlomba-lomba mencari daerah jajahan di wilayah Asia, Amerika dan Afrika. Mereka mencari wilayah jajahan sebagai wilayah untuk penyuplai bahan baku dan juga sebagai daerah pemasaran hasil –hasil industri mereka.
Dasar Imperialisme inilah kemudian yang dilaksanakan demi alasan agama, mereka menganggap bahwa telah menjadi tugas suci bagi seorang pemeluk agama untuk menyelamatkan manusia dari segala macam penindasan dan ketidakadilan, terutama di negara-negara yang dianggap terbelakang. Para misionaris Kristen adalah contoh yang menganggap misi penyelamat ini sebagai The White Man Burden. Tetapi tetap saja bahwa diantara faktor-faktor terpenting yang melatar belakangi munculnya imperialisme adalah faktor ekonomi.

2. Kolonialisme
Kata koloni seringkali merupakan kata yang merujuk kepada sebutan “negeri”, atau jebih jauh adalah kata yang sepadan untuk menyebut tanah jajahan yang dikuasai oleh sebuah kekuasaan asing. Koloni adalah satu kawasan diluar wilayah negara asal atau induk. Tujuan utama kolonialisme pada dasarnya adalah juga untuki menjalankan kepentingan ekonomi. Itulah sebabnya mengapa kebanyakan wilayah-wilayah yang dikolonikan (menjadi koloni) adalah wilayah-wilayah yang yang kaya akan bahan mentah, keperluan untuk mendapatkan bahan mentah seperti itu pada dasarnya adalah dampak dari terjadinya Revolusi Industri di Inggris tersebut.
Istilah kolonialisme bermaksud untuk memaksakan satu bentuk pemerintahan atas sebuah wilayah atau negeri lain (tanah jajahan) atau satu usaha untuk mendapatkan sebuah wilayah jajahan, baik melalui paksaan atau juga dengan cara damai. Usaha untuk mendapatkan wilayah biasanya para kolonial cenderung melalui penaklukan (karena memang pada dasarnya tidak ada satu bangsapun yang rela negaranya dijadikan wilayah koloni oleh bangsa asing). Penaklukan atas sebuah wilayah, memang bisa saja dilakukan secara damai atau paksaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada mulanya mereka para pengkoloni membeli barang - barang dagangan yang mereka perlukan dari para penguasa lokal, untuk memastikan pasokan barang dapat berjalan lancar. Tetapi kemudian mereka mulai melakukan campur tangan dalam urusan – urusan pemerintahan penguasa setempat, dan pada akhirnya mereka juga akan berusaha untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai tanah jajahan mereka. Negara yang menjajah menggariskan panduan atau aturan tertentu atas wilayah jajahannya, meliputi aspek kehidupan sosial, pemerintahan, undang-undang dan sebagainya.
Sejarah perkembangan kolonialisme bermula ketika Vasco da Gama dari
Portugis berlayar ke india pada tahun 1498. Di awali dengan pencarian jalan ke Timur untuk mencari sumber rempah-rempah, maka  dimulailah suatu perlombaan mencari tanah jajahan. Bangsa Barat seperti Portugis dan Spanyol adalah dedengkotnya kolonialisme, yang diikuti kemudian oleh Inggris dan Belanda. Penguasaan wilayah yang pada awalnya hanya untuk kepentingan ekonomi, akhirnya juga beralih menjadi penguasaan atau penjajahan dalam bentuk politik, yaitu campur tangan untuk menyelesaikan pertikaian, perang saudara, dan sebagainya. Hal ini dimuknkan terutama karena para penguasa kolonial tersebut ingin juga menjaga dan melindungi kepentingan - kepentingan perdagangan mereka daripada pergolakan politik lokal yang bisa saja mengganggu kelancaran perdagangan mereka.
Kolonialisme dapat dikatakan berkembang pesat setelah perang dunia I. Sejarah kolonialisme bangsa-bangsa Eropa dibagi dalam tiga masa yang penting, yaitu :      Dari abad ke 15 hingga Revolusi industri (1763) yang memperlihatkan kemunculan kekuasaan bangsa-bangsa Eropa seperti halnya Spanyol dan Portugis. Kedua, setelah Revolusi Industri hingga tahun 1870-an, dan Ketiga, dari tahun 1870-an hingga tahun 1914 ketika meletusnya Perang Dunia I yang merupakan puncak dari pertikaian kuasa-kuasa imperialis di dunia.