Kamis, 17 Maret 2016

NEGARA DAN REVOLUSI



NEGARA DAN REVOLUSI
Ajaran Marxisme Tentang Negara Dan Tugas-Tugas Proletariat Dalam Revolusi
W.I.Lenin
Penerbit : INDONESIA PROGRESIF 1976


KATA PENDAHULUAN EDISI PERTAMA
          Negara sekarang ini memperoleh arti penting khusus di bidang teori maupun didalam politik praktis. Perang imprealis telah mempercepat dan memperhebat proses peranan kapitalisme monopol menjadi kapitalisme negara. Penindasan yang mengerikan atas kerja oleh negara, yang makin lama makin padu dengan perserikatan-perserikatan kapitalisme mahakuasa, menjadi lebih mengerikan negeri-negeri yang maju sedang merubah cara tentang “ daerah belakang “ mereka dipenjarakan, di kerja paksa secara militer bagi para buruh (pekerja).
Korban dan bencana yang tiada taranya yang menjadikan perang terus berlarut-larut membuat massa tertahankan dan memperhebat keuntungan mereka. Revolusi proletar international yang terus matang membuat hubungan antara pemilik modal dan mereka memperoleh arti penting dan praktis. Pertama kita periksa ajaran Marx dan Engels tentang negara, kita bicarakan secara sangat terperinci segi-segi ajaran ini yang telah dilupakan atau telah mengalami pemutar balikan oportunitis. Kemudian kita akan membahas secara khusus wakil utama dari pemutar balikan ini, yaitu Karl Kautsky, pemimpin yang paling terkenal dari Internationale II (1889-1914), yang telah mengalami kebangkrutan yang begitu menyedihkan dalam masa perang yang sekarang ini. Akhirnya, kita akan menyimpulkan hasil-hasil utama pengalaman revolusi-revolusi Russia tahun 1905 dan terutama tahun 1917.
Rupanya, yang tersebut belakangan itu pada saat sekarang (awal agustus 1917) sedang menyelesaikan tingkat pertama perkembangannya, tetapi seluruh revolusi ini pada umumnya dapat difahami hanya sebagai salah satu mata rantai dari rantai revolusi-revolusi proletar sosialis yang dilahirkan oleh perang Imprealis. Maka itu, masalah hubungan revolusi sosialis proletariat dengan negara memperoleh bukan hanya artipenting politik praktis saja, tetapi juga artipenting yang paling hangat sebagai masalah menjelaskan kepada massa apa yang harus mereka kerjakan di masa depan yang sangat dekat untuk membebaskan diri dari penindasan Kapitalisme.




Bab I
Masyarakat Berklas dan Negara
1. Negara Adalah Produk Dari Tak Terdamaikannya Kontradiksi Klas
            Apa yang sekarang terjadi dengan ajaran Marx ?, dalam sejarah sudah berkali-kali terjadi dengan ajaran-ajaran para ahli fikir dan pemimpin revolusioner klas-klas tertindas dalam perjuangan mereka untuk pembebasan (Merdeka). Sewaktu-waktu orang revolusioner yang besar masih hidup, klas-klas penindas terus menerus mengejar mereka, menyambut ajaran mereka dengan kedengkian yang paling ganas, kebencian yang gila-gilaan, kampanye-kampanye bohong dan fitnah yang paling tidak terkendalikan. Setelah mereka meninggal dunia, dilakukan usaha-usaha untuk mengubah mereka menjadi patung-patung orang suci yang tidak membahayakan, boleh dikatakan menyatakan mereka sebagai orang suci, memberian keharuman tertentu kepada Nama mereka untuk “Menghibur” klas-klas tertindas dan untuk menipu mereka secara bersamaan itu mengebiri isi ajaran revolusioner, menumpulkan ujungnya yang tajam yang revolusioner dan memvulgarkannya. Dalam “mengolah” Marxisme demikian itulah bertemulah sekarang borjuis-borjuis dan kaum oportunitis didalam gerakan buruh (Rakyat).
            Mereka melupakan, menghapuskan, dan mengagung-agungkan apa yang dapat diterima atau kiranya dapat diterima oleh Borjuis. Semua orang Sosialis-Sovinis sekarang ini adalah “Marxis”, jangan tertawa !!! dan semakin sering sarjana-sarjana borjuis germany, yang kemarin masih merupakan ahli-ahli dalam hal membasmi Marxisme, berbicara tentang Marx yang berkebangsaan Germany, yang seakan-akan telah mendidik serikat buruh yang terorganisasi dengan begitu baik untuk melakukan perang perampokan !!!
dalam keadaan demikian itu, dengan tersebar luasnya secara luar biasa pemutar balikan Marxisme, maka tugas kita pertama-tama ialah Memulihkan ajaran Marx yang sejati tentang negara. Untuk itu perlu mengemukakan serangkaian kutipan yang panjang dari karya-karya Marx dan Engels sendiri. Tentu  saja kutipan yang panjang  akan membikin sulit uraian dan sama sekali tidak akan membantu menjadikan populer. Tetapi tanpa kutipan-kutipan panjang itu sama sekali tidak mungkin. Semua, atau setidak-tidaknya semua bagian yang paling menentukan dari karya-karya Marx dan Engels mengenai masalah negara tidak boleh tidak harus dikutip selengkap mungkin, supaya pemabaca dapat membentuk pendapat dengan bebas mengenai kesulurhan pandangan-pandangan pendiri pandangan sosialisme ilmiah dan mengenai perkembangan pandangan-pandangan itu dan juga supaya pemutar balikannya oleh “Kautskyisme” yang sekarang berdominasi dapat membuktikan secara terdokumentasi dan diperlihatkan dengan jelas.
            Marilah kita mulai dari karya F.Engels yang paling populer “Asal-Usul Keluarga, Milik Perseorangan Dan Negara”, yang pada tahun 1894 sudah diterbitkan edisinya yang ke-enam di Stuttgart. Kita terpaksa menterjemahkan kutipan-kutipan itu dari aslinya dalam bahasa Jerman, karena terjemahannya dalam bahasa Russia. Biarpun sangat banyak, sebagian besar tidak lengkap atau dikerjakan dengan sangat tidak memuaskan.
            “Negara”, kata Engels ketika menyimpulkan analisa sejarah yang dibuatnya, sesekali bukan merupakan kekuatan yang dipaksakan dari luar kepada masyarakat. Negara juga bukanlah “Realita ide moral, bayangan, dan realita akal”, sebagaimana ditegaskan oleh Hegel. Negara adalah produk masyarakat pada tingkat perkembangan tertentu, negara adalah pengakuan bahwa masyarakat ini terlibat dalam kontradiksi yang tak terpecahkan dengan dirinya sendiri, bahwa ia telah terpecah menjadi segi-segi yang berlawanan yang tak terdamaikan dan ia tidak berdaya melepaskan diri dari keadaan demikian itu. Supaya segi-segi yang berlawanan ini, klas-klas yang kepentingan-kepentingan ekonominya berlawanan, tidak membinasahkan satu sama lain dan tidak membinasahkan masyarakat dalam perjuangan yang sia-sia, maka untuk itu diperlukan kekuatan yang seharusnya meredam bentrokan itu, mempertahankannya didalam batas-batas ‘tata tertib’. Dan kekuatan ini, yang lahir dari masyarakat, tetapi menempatkan diri di atas masyarakat dan semakin mengasingkan diri darinya adalah Negara (hlm. 177-178, edisi jerman yang keenam).
            Disini dinyatakan dengan jelas sekali ide dasar Marxisme mengenai masalah peranan sejarah dari negara dan arti negara. Negara adalah produk dan manifestasi dari tak terdamaikannya kontradiksi klas. Negara timbul dimana, ketika dan sebegitu jauh kontradiksi-kontradiksi klas secara objektif tidak dapat didamaikan. Sebaliknya, adanya negara membuktikan bahwa kontradiksi-kontradiksi klas tak terdamaikan. Justru mengenai hal yang paling penting dan fundamental inilah dimulai pemutar balikan Marxisme, yang berlangsung menurut dua garis pokok. Di satu pihak, ideologi-ideologi burjuais dan teristimewah burjuais kecil, yang dibawah tekanan kenyataan-kenyataan sejarah yang tidak dapat dibantah terpaksa mengakui bahwa negara hanya ada dimana terdapat kontradiksi-kontradiksi klas dan perjuangan klas, “mengoreksi” Marx sedemikian rupa, sehingga negara nampak sebagai organ untuk mendamaikan klas-klas. Menurut Marx, negara tidak dapat timbul atau bertahan jika perdamaian klas adalah mungkin. Menurut profesor-profesor dan publisis-publisis bujuais kecil dan filistin, sering sekali mereka dengan maksud baik menunjuk kepada Marx !!. ternyata bahwa negara justru mendamaikan klas-klas.
Menurut Marx, Negara adalah organ kekuasaan klas, organ penindasan dari satu klas terhadap klas yang lain menggunakan ciptaan “Tata Tertib (undang-undang)” yang mengesahkan dan mengkonsolidasi penindasan ini dengan meredakan bentrokan klas-klas. Menurut pendapat politikus-politikus burjuais kecil, tata tertib adalah cara pendamaian klas-klas dan bukan penindasan antar klas yang satu dengan klas yang lain dengan meredakan bentrokan berati mendamaikan dan bukan merampas sarana dan metode-metode perjuangan tertentu dari klas tertindas untuk menggulingkan kaum penindas. Misalnya seluruh kaum sosialis-Revolusioner dan kaum mensyewik dalam revolusi 1917 ketika masalah arti dan peranan negara justru menjadi masalah yang luar biasa pentingnya, menjadi masalah praktis, masalah aksi segera dan lagi aksi secara massal, semuanya segera dan sepenuhnya terjerumus ke dalam teory burjuais kecil “Negara” mendamaikan klas-klas. Resolusi-resolusi dan artikel yang tak terhitung banyaknya dari politikus-politikus kedua partai itu seluruhnya diresapi oleh teori “pendamaian burjuais kecil dan filistin”. Bahwa negara adalah organ kekuasaan klas tertentu yang tidak dapat didamaikan dengan antipodenya (klas yang berlawanan dengannya), ini tak akan dapat dimengerti oleh kaum demokrat burjuais kecil. Sikap terhadap negara adalah salah satu manifestasi yang paling menyolok bahwa kaum Sosialis-Revolusioner dan mensyewik kita sama sekali bukanlah kaum sosialis (apa yang selalu dibuktikan oleh kita kaum bolsyewik), melainkan kaum demokrat burjuais kecil yang menggunakan fraseologi yang hampir sosialis.
Dipihak lain, pemutar balikan Marxisme “secara Kautsky” jauh lebih halus. Secara teori tidak disangkal bahwa negara adalah organ kekuasaan klas tak terdamaikan kontradiksi-kontradiksi klas tak terdamaikan. Tetapi apa yang diabaikan atau dikaburkan adalah sebagai berikut : jika Negara adalah kekuatan yang berdiri dari masyarakat dan yang semakin mengasingkan diri dari masyarakat itu, maka sudah jelaslah bahwa pembebasan klas tertindas bukan hanya tidak mungkin tanpa revolusi dengan kekerasan, tetapi juga tidak mungkin tanpa penghancuran aparat kekuasaan negara yang diciptakan oleh klas yang berkuasa dan merupakan penjelmaan dari “pengasingan” itu sendiri. Kesimpulan secara teori jelas dengan sendirinya ini telah di tarik oleh Marx sebagaimana yang akan kita lihat dibawah ini, dengan sangat pasti bedasarkan analisa sejarah yang konkrit mengenai tugas-tugas revolusi. Dan justru kesimpulan inilah yang oleh Kautsky akan kita tunjukan secara teperinci dalam uraian selanjutnya di lupakan dan diputarbalikan.
2. Satuan Khusus Orang Bersenjata, Penjara, DSB.
Berbeda dengan organisasi gens (suku, Ras, atau klan). Lama, Engels melanjutkan “Negara, pertama, membagi warga negara menurut pembagian wilayah. Pembagian demikian itu nampaknya “wajar” bagi kita, tetapi ia telah meminta perjuangan berjangka panjang melawan organisasi lama bedasarkan suku atau klan. Ciri kedua yang membedakan ialah di tegakannya kekuasaan kemasyarakatan yang sudah tidak sesuai langsung dengan penduduk yang mengorganisasi diri sebagai kekuatan bersenjata. Kekuasaan kemasyarakatan yang khusus ini perlu, karena organisasi bersenjata  yang bertindak sendiri dari penduduk menjadi tidak mungkin sejak terpecahnya masyarakat menjadi beberapa klas. Kekuasaan kemasyarakatan ini ada di dalam setiap negara. Ia tidak hanya terdiri dari orang-orang bersenjata saja, tetapi juga terdiri dari embel-embel materil, yaitu penjara dan segala macam lembaga pemaksa, yang tidak dikenal oleh susunan masyarakat gens (klan).
Engels membentangkan konsepsi “kekuatan” yang disebut negara sebagai kekuatan yang lahir dari masyarakat, tetapi yang menempatkan diri  diatasnya  dan semakin mengasingkan diri darinya. Terdiri dari apa pada pokoknya kekuatan itu ? ia terdiri dari satuan-kesatuan khusus orang-orang bersenjata, dengan “organisasi” bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk. Seperti semua ahli fikir revolusioner yang besar, Engels berusaha mengarahkan perhatian kaum buruh yang sadar justru kepada apa yang oleh filistinisme yang berdominasi dianggap tidak patut diperhatikan, paling biasa, disucikan oleh prasangka-prasangka yang tidak hanya berakar-akar, tetapi boleh dikatakan yang sudah membatu. Tentara tetap dan polisi pada hakikatnya adalah alat-alat utama kekuatan kekuasaan negara, tetapi bisakah fungsinya lain daripada itu ??
Dari pandangan mayoritas luas, orang-orang eropa akhir abad ke-19, dan kepada mereka Engels menunjukan kata-katanya, yang tidak pernah mengalami dan juga tidak pernah mengikuti dari dekat proses revolusi besar satupun, tidak bisa lain daripada itu. Mereka sama sekali tak mengerti apa “organisasi bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk” itu. Atas pertanyaan mengapa timbul kebutuhan akan kesatuan-kesatuan khusus dari orang-orang bersenjata, yang ditempatkan diatas masyarakat dan mengasingkan diri dari masyarakat (polisi dan tentara tetap), kaum filistin eropa barat dan rusia cendrung untuk menjawab dengan beberapa kalimat yang dipinjam dari spancer atau mikhailhovski, yaitu dengan menunjuk pada semakin rumitnya kehidupan sosial, defrensiasi fungsi-fungsi, DSB.
Penunjukan yang demikian itu tampaknya “ilmiah” dan secara efektif membius perasaan orang biasa dengan mengaburkan kenyataan yang pokok dan dasar, yaitu terpecahnya masyarakat menjadi klas-klas bermusuhan yang tak terdamaikan. Andaikata, tidak ada perpecahan ini, organisasi bersenjata yang cenderung bertindak sendiri dari penduduk itu akan berbeda dengan organisasi primitif bersekawanan kera yang menggunakan tongkat, atau organisasi manusia primitif atau organisasi orang-orang yang tergabung dalam masyarakat klan, dalam hal kerumitannya, ketinggian teknik nya, dst. Tetapi organisasi demikian itu masih mungkin.
Organisasi demikian itu tidak mungkin karena masyarakat beradap telah terpecah menjadi klas-klas (kelompok) yang bermusuhan, dan lagi bermusuhan yang tak terdamaikan, sehingga klas-klas ini diperlengkapi dengan senjata yang “bertindak sendiri” akan timbul perjuangan bersenjata diantara mereka. Terbentuklah negara, terciptalah kekuatan khusus, satuan khusus orang-orang bersenjata, dan setiap revolusi, dengan menghancurkan aparat negara, menunjukan dengan jelas kepada kita bagaimana klas yang berkuasa berdaya upaya memulihkan satuan khusus orang-orang bersenjata yang mengabdinya, bagaimana klas yang tertindas berdaya upaya menciptakan organisasi baru macam itu yang mampu mengabdi bukan kepada kaum penghisap, melainkan kepada kaum terhisap. Dalam argument tersebut diatas, engels secara teori mengemukakan justru soal yang dihadapi kepada kita dalam praktek oleh setiap revolusi besar, dengan nyata dan lagi dalam skala aksi massal, yaitu soal saling-hubungan antara satuan khusus orang-orang bersenjata dengan “organisasi bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk”. Akan kita lihat bagaimana soal ini secara konkrit dilukiskan oleh pengalaman revolusi eropa dan rusia. Tetapi marilah kita kembali kepada uraian Engels.
Ia menunjukan bahwa kadang-kadang, umpamanya, dibeberapa tempat di Amerika Utara, kekuasaan kemasyarakatannya lemah (yang dimaksud ialah kekecualian yang jarang bagi masyarakat kapitalis, dan tempat-tempat di Amerika Utara dalam periode pra-imprealismenya, dimana berdominasi kolonis bebas), tetapi berbicara secara umum, kemasyarakatan itu menjadi lebih kuat; kekuasaan kemasyareakatan menjadi lebih kuat sejalan dengan meruncingnya kontradiksi-kontradiksi klas didalam negara, dan sejalan dengan bertambah besarnya negara-negara yang berbatasan dan makin banyaknya penduduk negara-negara itu. Lihat sajalah Eropa dewasa ini, dimana perjuangan klas dan persaingan dalam penaklukan telah merangsang kekuasaan kemasyarakatan sampai sedemikian tingginya sehingga mengancam akan menelan seluruh masyarakat dan bahkan negara. Itu di tulis tidak lebih kemudian daripada awal tahun-tahun 90an abad yang lalu. Kata pendahuluan engels yang terakhir bertanggal 16 juni 1891. Pada waktu masa peralihan imprealisme baik dalam arti dominasi penuh trust-trust, dalam arti kemahakuasaan bank-bank besar, maupun dalam arti politik kolonial secara besar-besaran, Dst. Baru saja mulai di Perancis, dan bahkan lebih lemah lagi di Amerika Utara dan Jerman. Sejak itu persaingan dan penaklukan  telah maju dengan langkah-langkah raksasa, lebih-lebih karena pada awal dasawarsa kedua abad ke-20 seluruh bola bumi telah terbagi habis diantara “penakluk-penakluk yang bersaingan, yaitu diantara negara-negara perampok besar.sejak itu persenjataan angkatan darat dan laut telah berkembang dengan luarbiasa, dan perang perampokan tahun 1914-1917 untuk pendominasian dunia oleh Inggris atau Jerman untuk membagi barang rampasan telah mendekatkan “penelanan” semua kekuatan masyarakat oleh kekuasaan negara yang berwatak penyamun kepada malapetaka total.
Sudah pada tahun 1891 Engels dapat menunjukan persaingan dalam penaklukan sebagai salah satu ciri menonjol yang terpenting dari politik luar negeri negara-negara besar, tetapi dalam tahun-tahun 1914-1917, ketika justru persaingan inin yang meruncing berlipat ganda, melahirkan perang  Imprealis, bajingan-bajingan sosial-sovinis menyelubungi  pembelaan atas kepentingan-kepentingan perampok borjuasi. Mereka sendiri dengan kata-kata “Membela Tanah Air” membela Republik dan Revolusi dst.