Penulis : Riezky Arfandi
1.0.
Latar Belakang
Konteks berfikir
filsafat yunani ini Sebagai media yang melukiskan cara pandang para tokoh
filosofis dalam memberikan padangan kebenaran terhadap kejadian yang di tangkap
oleh para filosofis ini masing-masing sesuai realitas di zaman para filofis itu
terjadi. Supaya pembaca dapat memahami, mentelaah, dan memaknai cara pandang
para tokoh filsafat ini dengan benar sesuai realitas yang terjadi di zaman
sekarang. Penulis berharap dengan tulisan ini dapat memberikan pengetahuan baru
kepada para pembaca dalam menterjemahkan diallektika yang terjadi pada kondisi
kita saat ini.
Sepanjang sejarah para
filsuf telah berusaha menyusun sebuah metode untuk mendapatkan pengakuan secara
universal dan mempertahankan kelayakan filsafat sebagai disiplin ilmu. sebagai
landasan berfikir ilmiah dan tersistematis dalam menangkap
permasalahan-permasalahan yang ada di dunia dan lingkungan sekitar.
Karena dengan banyak
membaca dan memahami cara berfikir dan metode berfikir para tokoh filsafat ini
penulis berharap dapat memecahkan
permasalahan (tesis) yang terjadi sekarang ini. Karena dengan pengetahuan
(knowladge) kita dapat menemukan kebenaran secara ilmiah, berakar, termanage,
dan tersistematis. Sesuai dengan paparan metode-metode para tokoh filsafat
yunani, filsafat barat, dan filsafat islam yang telah menggambarkan pandangan
kebenaran atas dunia (kosmo) ini sesuai cara berfikir tokoh fisafat dalam
memecahkan suatu pokok permasalahan (antithesis) yang terjadi di zaman para
tokoh filsafat, yang menghasilkan satu hasil pemecahan masalah (Syntesis).
Karena filsafat dibagi
menjadi dua pokok bahasan, spekulasi yaitu yang berhubungan dengan rasa heran,
dan ingin tahu, atau secara filosofis disebut menentukan subyek atau gagasan
dan merenungkannya secara mendasar. Kegiatan spekulasi ini melibatkan proses
kebebasan dalam berfikir secara sehari-hari dengan berfikir secara filosofi
pada aspek kesungguhan dan sistematisnya.
Sedangkan pokok lain
yaitu analisis, yaitu dengan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan
berkeyakinan ataupun berteori, untuk kemudian menyelidiki semuanya itu dan
menguraikannya kedalam bagian-bagian (subtansi) dengan mengunakan data-data
fisik yang dapat membantu, dengan menggunakan bentuk penalaran logika.
Filsafat sendiri
menyelidiki realitas dalam pengertian sepenuhnya, apapun yang dianggap “ada”
merupakan domain atau ruang lingkup filsafat, karenanya ia tidak mengenal batas
waktu. Metode bagaikan logika, ia merupakan dasar penalaran manusia. Namun
metode dan logika tidak dapat menentekan seseorang menjadi “Genius” atau tidak.
Dalam rangkaian sejarah (historis) banyak ahli filsafat-filsafat yang mencoba
menyusun sebuah metode filsafat yang diakui secara Universal maupun dalam
rangka mempertahankan kelayakan filsafat sebagai suatu Displin ilmu.
2.1.Sokrates
(399 SM)
Sokrates
dijatuhi hukuman mati pada tahun 399 SM. Kita tahu bahwa saat itu usianya 70
tahun. Itu berati bahwa pada tahun 470 SM atau sekitarnya. Konon bapanya yang
bernama Sophronikos, adalah seorang pemahat, tetapi pemberitaannya masih
simpang-siur dan tidak mempunyai dasar dari segi historis. Ibunya yang bernama
Phainerete, adalah seorang bidan. Ada
kesaksian pula bahwa sokrates adalah murid arkheolaos, seorang filsuf yang
menggantikan posisi Anaxagoras di Athena. Kita mendengar bahwa Sokrates juga
membaca buku Anaxagoras, karena tertarik oleh ajarannya mengenai nus. Tetapi ia sangat kecewa tentang isi
ajaran itu. Pada usia mudanya ia berbalik dari filsafat alam dan mulai mencari
jalannya sendiri.
Karena
sokrates masuk tentara athena sebagai hopilites,
dapat kita simpulkan bahwa mula-mula ia tidak berkekurangan, sebab di Athena
hanya pemilik-pemilik tanah yang di izinkan masuk kedalam pasukan itu. Tetapi
lama-kelamaan ia menjadi miskin, karena ia hanya mengutamakan keaktifannya
sebagai filsuf. Pada usia lebih lanjut ia menikah dengan Xantippe. Pandangan
populer yang melukiskan wanita ini dengan ciri-ciri tiranik, tidak mempunyai
dasar historis. Ia dikaruniai tiga anak laki-laki, dua diantara mereka masih
kecil pada waktu kematian Sokrates.
Bertentangan
dengan para Sofis, Sokrates tidak meninggalkan kota asalnya, kecuali tiga kali
ketika ia memenuhi kewajiban sebagai warga negara di medan perang. Dalam
pertempurannya Sokrates sangat menonjol karena keberaniannya. Satu kali ia
menyelamatkan hidup sahabatnya, Alkibiades. Sedapat mungkin ia tidak bercampur
tangan dalam dunia politik. Tetapi apabila beberapa kali ia menunaikan tugas
negara, ia juga memperlihatkan keberanian yang menonjol. Pada tahun 406-405
Sokrates adalah anggota panitia pengadilan yang mempersiapkan perkara terhadap
beberapa jendral dan pada kesempatan ini ia memprotes dengan sangat prosedur
yang tidak legal. Dua tahun kemudian, waktu pemerintahan “30
tyrannoi”(404-403), ia menolak mengambil bagian dalam sekongkol yang bertujuan
membunuh seseorang yang tak bersalah, namanya Leon, dengan maksud supaya barang
miliknya dapat disita. Karenanya Sokrates pasti akan dibunuh sendiri,
seandainya rezim itu tidak lekas jatuh.
Pada
tahun 399 Anytos, seorang yang empat tahun lebih dahulu turut dalam memulihkan
demokrasi di Athena, mengemukakan tuduhan yang mengakibatkan perkara pengadilan
terhadap Sokrates. Tuduhan itu berbunyi :”Sokrates bersalah, karena ia tidak
percaya pada dewa-dewa yang diakui polis(Negara) dan mengintrodusir
praktek-praktek religius yang baru. Ia juga bersalah, karena ia mempunyai
pengaruh yang kurang baik atas kaum muda.” Hampir semua informasi yang kita
punyai tentang sidang pengadilan itu berasal dari karangan Plato yang disebut Apologia (pembelaan Sokrates). Dalam karangan Plato ini Sokrates membela
dirinya dihadapan hakim-hakimnya. Sekalipun karangan ini tentu tidak boleh
dianggap sebagai laporan harfiah mengenai sidang itu, namun para ahli
kesusastraan yunani berpendapat bahwa Plato mempergunakan data-data historis
yang dapat dipercaya. Sokrates dinyatakan bersalah dengan mayoritas 60 suara
(280 melawan 220). Lalu pendakwa menuntut hukuman mati. Menurut kebiasaan hukum
di Athena, terdakwa di izinkan mengusulkan hukuman lain. Kalau seandainnya
Sokrates mengusulkan supaya dibuang keluar kota, usul itu tentu akan diterima.
Tetapi Sokrates pada usia 70 tahun tidak mau meninggalkan kota asalnya.
Sebenernya Sokrates bermaksud mengusulkan satu “Mina” (mata uang Athena)
sebagai denda, tetapi atas dorongan sahabat-sahabatnya ia mempertinggi
jumlahnya sampai 30 Mina, lebih-lebih karena mereka menawarkan untuk menanggung
pembayarannya. Tetapi sidang memutuskan hukuman mati kepada Sokrates, karena
denda 30 Mina dianggap terlalu kecil dan terutama karena Sokrates dalam
pembelaannya dirasakan menghina hakim-hakimnya. Biasanya hukuman mati
dijalankan dalam waktu 24 jam. Tetapi pada Sokrates dijatuhi hukuman mati,
suatu perahu layar Athena yang keramat sedang melakukan perjalanan tahunan ke
Kuil di pulau Delos dan menurut hukum Athena hukuman mati baru boleh
dilaksanakan, apabila perahu itu sudah kembali. Dari sebab itu, satu bulan
lamanya Sokrates tinggal di dalam kurungan penjara.
Sambil
bercakap-cakap dengan sahabat-sahabatnya, salah salah satu seorang diantara
mereka yang bernama Kriton, telah mengusulkan supaya Sokrates melarikan diri.
Tetapi Sokrates menolak. Dalam dialog yang berjudul Phaidon, Plato menceritakan percakapan-percakapan Sokrates dengan
para muridnya pada hari terakhir hidupnya dan ia melukiskan pula bagaimana
Sokrates waktu senja dengan hari terakhir hidupnya dengan tenang minum secawan
yang berisikan racun oleh para sahabatnya.
2.2.Metode
Berfikir Sokrates
Kalau dipandang
sepintas, cara berfikir Sokrates dengan para Sofis tidak terlalu berbeda jauh.
Dikarenakan banyak dari kita tidak terlalu memperhatikan perbedaan-perbedaan
cara berfikir Sokrates dengan Sofis. Menurut informasi para komedi-komediaan
Aristophanes umpamanya, tentu tidak ada alasan untuk berfikir bahwa Sokrates
berbeda dengan sekian banyak Sofis. Sebagaimana para Sofis, Sokrates pun
berbalik dari filsafat alam. Sebagaimana juga para Sofis, Sokrates pun memilih
manusia sebagai objek penyelidikannya dan ia memandang manusia lebih kurang
dari segi yang sama seperti mereka, sebagai mahluk yang mengenal, yang harus
mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam bermasyarakat.
Sebagaimana
juga para Sofis, Sokrates pun memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari
pengalaman sehari-hari dan dari kehidupan yang konkret . tetapi ada satu
perbedaan yang sangat penting sekali antara cara berfikir Sokrates dan sofis,
yaitu Sokrates tidak menyetujui
relativisme yang dianut oleh kaum Sofis, Sokrates menggunakan kebenaran
objektif, yang tidak bergantung pada “saya atau kita”. Akan tetapi, sebaiknya
kita tidak memandang keyakinan Sokrates
itu dari sudut “Kebenaran” saja. Karena dengan itu kita dapat
menampilkan kesan seakan-akan Sokrates mencurahkan pemikirannya dalam bidang
Teoritis.
Padahal
Sokrates hanya memperlihatkan cara hidup yang praktis saja, yaitu sebagai
tingkah laku manusia. Itulah sebabnya lebih tepat kita merumuskan keyakinan
tingkah laku Sokrates dengan mengatakan bahwa menurut dia bukan sembarang tingkah
laku boleh disebut baik. Adanya tindakan yang pantas dan adanya tindakan yang
jelek. Sokrates meyakini bahwa berbuat jahat adalah suatu kemalangan bagi
seorang manusia dan berbuat baik adalah satu-satunya kebahagian baginya. Dari
sebab itu Sokrates berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berikut;
Apakah itu hidup yang baik ? apakah kebaikan itu, yang mengaibatkan kebahagian
seorang manusia ? apakah norma yang mengizinkan kita menetapkan baik buruknya
suatu perbuatan ?
Sokrates
tidak menghidangkan suatu ajaran yang sistematis, itu tidak diharapakan juga
dari seorang yang tidak membukukan pemikirannya. Tetapi itu sekali-kali tidak
berarti bahwa ia bertindak sebagai orang yang terencana, sumber-sumber yang
memberi informasi mengenai ajarannya, semua setuju dalam mengatakan bahwa
Sokrates mempergunakan suatu metode tertentu. Metode ini bersifat praktis dan
dijalankan dalam percakapan-percakapan. Sokrates tidak menyelidiki fakta-fakta,
melainkan ia menganalisis pendapat-pendapat atau tuturan-tuturan yang
dikemukakan orang. Setiap orang mempunyai pendapat tertentu mengenai entitas
jabatan dan seorang tukang mempunyai pendapat tertentu. Seorang negarawan
misalnya, mempunyai pendapat tertentu mengenai keahliannya. Kepada mereka dan
kepada warga negara Athena lainnya Sokrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai pekerjaan mereka dan persoalan praktis dalam hidup seorang manusia.
Sokrates
selalu memulai dengan menganggap jawaban pertama sebagai suatu hipotesis dan
dengan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut ia menarik segala
konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika
ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena membawa
konsekuensi yang mustahil. Maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain.
Lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan pertanyaan-pertanyaan lain dari pihak
Sokrates dan seterusnya begitu.
3.1.Plato
(428-427 SM)
Plato lahir
tahun 428-7 dalam suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya bernama Ariston
dan ibunya yang bernama Periktione. Sesudah Ariston meninggal, Periktione
dinikahi oleh pamannya yang bernama Pyrilampes. Rupanya Plato didik didalam
rumahnya Pyrilampes, yang seorang politikus yang termasuk kalangan Perikles.
Sejak masa mudanya ia bergaul dengan tokoh-tokoh yang memainkan peranan penting
dalam politik Athena. Saudara ibunya, Kharmides dan kemenakan ibunya, Kritias, termasuk dalam
partai Aristokrat dan mereka adalah anggota panitia “30 Tyranoi” yang delapan
bulan lamanya dalam memerintah dengan kejam kota Athena pada tahun 404-403.
Mula-mula mereka berdua tergolong sahabat Sokrates, tetapi kemudian mereka
menempuh jalan yang menyimpang jauh dari cita-cita Sokrates sejak ia masih
kecil.
Menurut
kesaksian Aristoteles, Plato dipengaruhi juga oleh Kratylos seorang filsuf yang
meneruskan ajaran Hereklaitos. Kratylos berpendapat bahwa dunia kita berada
dalam perubahan terus-menerus, sehinggan pengenalan tidak mungkin, karena suatu
nama pun tidak dapat diberikan kepada benda-benda. Dan kita mesti mengakui
bahwa pengenalan memang mengendalikan bahwa suatu objek mempunyai stabilitas
tertentu.
3.2.
Metode Berfikir Plato
Plato dalam
membahas ilmu filsafatnya dengan metode dialektika, dan memberikan jawaban
kebenaran yang diperoleh atas dialog yang dilakukan oleh dua orang yang
berdialog saling melemparkan pertanyaan-pertanyaan dan memberikan jawaban
masing-masing secara bergantian. Kebenaran yang diperoleh atas dasar metode
dialektika bertanya dan menjawab, secara berangsur-angsur mengurangi keraguan
ataupun ketidakjelasan atas suatu hal.
Tokoh
utama sebagai orang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan di sudut-sudut kota Athena.
Pada zaman itu, istilah “Dialog” menjadi istilah khusus yang dipergunakan untuk
metode “rujuk kembali” dari dua pihak yang bersengketa, baik yang bersifat
domestik, akademik, maupun internasional. Perang juga dapat diselesaikan melalui
dialog di meja perundingan. Meskipun penggunaannya tidak diragukan lagi, metode
dialog Platonik ini bukan metode yang paling utama bagi pembahasan filsafat.
Bahkan, menganggap semua persoalan kefilsafatan dapat diatasi metode ini adalah
sesuatu yang naif.
Suatu persoalan lain yang menyangkut
urutan dan ketergantungan satu sama lain
yang kiranya terdapat ide-ide secara individual. Kita sudah mendengar bahwa
dalam dunia yang ideal tidak ada banyak hal yang bagus, banyak yang adil, dan
lain sebagainya. Sebagaimana halnya dalam dunia jasmani, melainkan dalam dunia
ideal hanya ada satu ide yang bagus, satu ide keadilan, dan lain sebagainya.
Didalam dunia yang ideal sendiri soal pluralitas tidak teratasi, karena ada
banyak ide. Lagipula , banyak ide itu tidak lepas dari satu ide yang lainnya.
Plato menamakan hubungan antara ide-ide sebagai “persekutuan” (kolonial) dan dalam dialog-dialog nya ia mencoba
menerangkan menyatukan banyak ide yang terpaparkan, dalam politea ia mengatakan bahwa antara ide-ide terdapat suatu orde atau
Hierarki dalam berfikir. Hierarki akan memuncak dengan ide ”yang baik”. Itulah ide tertinggi yang
menyoroti semua ide. Sebagaimana matahari menyinari semua benda yang bersifat
jasmani.
4.1.Aristoteles
(384 SM)
Aristoteles
lahir pada tahun 384 SM (sebelum masehi) di Stageria, suatu kota di yunani
utara. Bapanya adalah seorang dokter pribadi Amyntas II, raja dari Makedonia.
Mungkin sekali dalam masa mudanya Aristoteles hidup mewarisi minatnya yang
khusus untuk ilmu pengetahuan empiris dari bapanya. Pada usia 17 atau 18 tahun
Aristoteles dikirim ke Athena supaya ia belajar di Akademia Plato. Ia tinggal
disana sampai Plato meninggal pada tahun 348/7 SM, jadi kira-kira 20 tahun
lamanya. Pada waktu ia berada didalam Akademia, Aristoteles menerbitkan
beberapa karya. Ia juga sempat mengajar anggota-anggota Akademia yang lebih
muda, rupanya tentang mata pelajaran logika dan retorika.
Kita
telah mendengar bahwa sesudah kematian Plato adalah kemenakannya yang bernama
Speusipos yang menjadi penggantinya sebagai kepala Akademia. Pada saat itu
Aristoteles meninggalkan Athena bersama murid Plato yang lain bernama
Xenokrates, mungkin karena mereka tidak setuju dengan anggapan Speusipos
mengenai filsafat. Mempunyai kecendrungan untuk menyetarafkan filsafat dengan
matematika. Mereka berangkat ke Assos di pesisir Asia kecil, dimana Hermeias
pada waktu itu adalah seorang penguasa negara (raja). Hermeias sendiri adalah
bekas murid Akademia dan atas permintaannya Plato telah mengirim dua orang
murid yang bernama Erastos dan Koriskos, supaya mereka membuka suatu sekolah
disana. Aristoteles dan kawannya mulai mengajar di sekolah Assos itu. Disini
Aristoteles menikah dengan Pythias, kemenakan dan anak angkat dari Hermenias. Pada
tahun 345 Hermenias ditangkap dan dibunuh oleh tentara parsi.
Kita
masih mempunyai suatu syair yang disusun oleh Aristoteles, tidak lama sesudah
itu, untuk menghormati kepergian Hermenias. Peristiwa pembunuhan itu memaksa
Aristoteles dan kawan-kawannya melarikan diri dari Assos. Ia pergi ke Mytilene
di pulau lesbos tidak jauh dari Assos, agaknya atas undangan Theophrastos murid
dan sekaligus sahabat Aristoteles yang berasal dari pulau itu. Di Assos dan
Mytilane Aristoteles mengadakan riset dalam bidang biologi dn zoologi, yang
data-datanya dikumpulkan dalam buku yang bernama Historia animalium.
4.2.Metode
Berfikir Aristoteles
Aristoteles
menjadi terkenal karena metode Silogisme atau logikanya. Dengan menggabungkan
pembenaran-pembenaran dan penyangkalan diantara tiga (3) terma, sebuah
kesimpulan yang meyakinkan dapat diperoleh dengan metode ini. Jika dua terma
secara terpisah membenarkan terma ketiga, dapat disimpulkan bahwa kedua terma
tersebut saling membenarkan satu terma yang membenarkan terma ketiga. Sedangkan
terma pertama dan kedua saling menyangkal satu sama lain. Aristoteles merangkai
semua kombinasi yang mungkin terjadi dan merumuskan hukum-hukum untuk mengatur
kombinasi tersebut.
Metode
ini menjernihkan dan membuang keraguan jalan pikiran atas dasar hubungan antara
tiga terma. Metode yang diciptakannya ini pada akhirnya membuat Aristoteles
mendapat julukan “Bapaknya pakar Logika”. Metode yang dikembangkan Aristoteles
dipandang tidak ilmiah, terutama setelah munculnya Francis Bacon, yang menulis
buku Novum
Organum (Organum Baru). Dengan bermaksud mengkritik logika Aristoteles
yang dianggapnya kekuarangan aturan dan prinsip yang berguna untuk menetapkan
hukum penalaran Ilmiah.
5.1.Thomas
Aquinas (1225-1274)
Thomas
aquinas adalah seorang filsuf dan teolog yang berasal dari italia yang sangat
berpengaruh pada abad pertengahan. Thomas dilahirkan di Roccasecca dekat kota
Napoli, Italia. Dia terlahir dalam keluarga bangsawan Aquino. Ayahnya ialah
Pangeran Landruf dari Aquino dan ibunya yang bernama Countess Teodora
Carraciciolo. Kedua orang tuanya adalah orang Kristen Katolik yang taat. Pada
usia lima belas tahun Thomas diserahkan ke Biara Benedictus di Monte Cassino
agar dibina untuk menjadi seorang biarawan.
Setelah
sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Naples. Disana
ia belajar mengenai kesenian dan filsafat (1239-1244), selama disana, ia mulai
tertarik pada pekerjaan kerasulan gereja, dan berusaha untuk pindah ke Ordo Dominikan, yakni suatu Ordo yang sangat
dominan pada abad itu. Keinginannya tidak direstui oleh kedua orang tuanya
sehingga ia harus tinggal di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namun, karena
tekadnya pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.
Sebagai
anggota Ordo Dominikan Thomas dikirim belajar pada universitas yang sangat
terkemuka pada masa itu. Ia belajar disana selama tiga tahun (1245-1248).
Disinilah ia berkenalan dengan Albertus Magnus yang memperkenalkan filsafat
Aristoteles kepadanya. Ia menemani Albertus Magnus untuk memberikan kuliah
Stadium Generale di Cologne, france, pada tahun 1248-1252. Pada tahun 1252,
Thomas kembali ke Paris dan memulai kuliah biblika (1252-1254) dan sentences,
karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Konven
St.Jacques, Paris.
Thomas
ditugaskan untuk memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan teologia di
beberapa kota di Italia, seperti di Anagni, Orvieto, Roma, dan Viterbo, selama
sepuluh tahun lamanya. Pada tahun 1269 Thomas dipanggil kembali ke Paris untuk
tiga tahun untuk ditugaskan membuka sebuah sekolah Dominikan di Naples. Dalam
perjalanan menuju ke Konsili Lyons, Thomas tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal
di biara Fossanuova, pada tanggal 7 maret 1274. Paus yohanes XXII mengangkat
Thomas sebagai orang kudus pada tahun 1323.
5.2.Metode
Berfikir Thomas Aquinas
Thomas
Aquinas sama dengan para tokoh filsafat pendahulunya yang mempunyai metode
dalam berfikir untuk pemecahan suatu masalah. Metode Thomistik yang dikembangkan oleh Thomas Aquinas secara
terperinci mengetengahkan persoalan yang harus dijawab dalam bentuk sebuah
pertanyaan. Kemudian, melangkah pada pengajuan keberatan-keberatan yang
tampaknya diarahkan untuk menopang jawaban-jawaban, baik yang positif maupun
yang negatif, dan selanjutnya sampain pada argumentasi yang secara bervariasi
didahului dengan, “saya menjawab bahwa....” seluruh metode ditutup dengan
menjawab semua keberatan.
Semuanya
yang sudah diajukan sebelumnya, dengan cara ini, Thomas berusaha menghapus
semua keraguan dan pertentangan paham. Bagi seorang penganut Thomisme atau
Skolastik. Metode ini sangat menyenangkan sebab sesudah menelusuri keseluruhan
rangkaian metodisnya. Ia akan mengalami kepuasan intelektual dan tidak akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut. Disinilah letak kelemahan metode
thomistik.
6.1.Rene
Descartes (31 maret 1596- 11 februari 1650)
Rene discartes
lahir di La haye, perancis, 31 maret 1596 dan wafat pada tanggal 11 Februari
1650 pada usianya yang ke 53 tahun. Ia dikenal juga sebagai Renatus cartesius
dalam literature berbahasa Latin, ia merupakan seorang tokoh filsuf dan
matematika perancis.
Rene
Descartes dikenal sering disebut sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes
terlahir dari keluarga Borjuis di perancis, ayah Descartes adalah ketua
Parlemen dan memiliki tanah yang cukup luas (Borjuis). Ketika ayah Descartes
meninggal dan mewariskan warisannya kepada descartes, ia menjual tanah warisan
itu, dan menginvestiasikan uangnya dengan pendapatan enam atau tujuh ribu franc
per tahun.
Dia
bersekolah di universitas Jesuit di La Fleche dari tahun 1604-1612, yang
tampaknya telah memberikan dasar-dasar ilmu matematika modern. Pada tahun 1612,
dia pergi ke Paris, namun kehidupan sosial disana dia menganggapnya sangat
membosankan, dan kemudian dia mengasingkan diri ke daerah terpencil perancis.
Untuk menekuni bidang Geometri, nama daerah terpencil itu Faubourg.
Teman-temannya menemukan dia ditempat pengasingan yang ia tinggali. Maka untuk
lebih menyembunyikan diri, ia memutuskan untuk mendaftarkan dirinya menjadi
tentara belanda.
Ketika
belanda dalam keadaan damai, dia tampak menikmati meditasinya tanpa gangguan
selama dua puluh tahun lamanya. Tetapi meletusnya perang tiga puluh tahun
mendorongnya untuk mendaftarka diri sebagai tentara Bavaria. Di Bavaria inilah
selama musim dingin 1619-1690, dia mendapatkan pengalaman yang dituangkannya
kedalam buku karangannya “Descours de la methode ( russel,2007;733)”.
Descartes
terkadang dipanggil sebagai “penemu Filsafat modern” dan “Bapak Matematika
modern”, sebagai salah satu pemikir yang paling penting dan berpengaruh dalam
sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan
setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai
Rasionalisme
kontinental, sebuah
posisifilosofikal Eropa pada abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya
membuat sebuah revolusi falsafati di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner
bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa
berfikir.
6.2.Metode
berfikir Rene Descartes
Rene Descartes
adalah seorang ahli matematika perancis yang merasa prihatin atas kekurangannya
metode pada filsafat, dia menyusun metode sendiri yang disebut dengan “Metode
Skeptis”. Sebuah metode yang dipergunakan untuk menghapus keseluruhan bangun
ilmu pengetahuan.
Sebagai
gantinya, ia menciptakan bangunan filosofis barus yang masing-masing blok
bangunan itu dicoba dan diuji sehingga terbebas dari keraguan. Meletakan
prinsip-prinsip untuk menilai validitas berbagai tuntutan kebenaran. Bukunya
yang berjudul “prinsip-prinsip filsafat (principles
of Philosophy) mengangkatnya menjadi “Bapak filsafat modern”.
Descartes
adalah seorang tokoh utama rasionalisme yang menciptakan metode “Keraguan”
terhadap segala sesuatu dalam berfilsafat. Ia meragukan semua objek yang dapat
dilihat oleh panca indra, bahkan pada tubuhnya sendiri. Karena yang dilihatnya
ketika sedang tersadar tidak berbeda dengan yang dilihatnya dalam mimpi,
berhalusinasi, dan ilusi, yang sebenarnya “ada” yang mana ? Apa yang sedang
tertidur atau terbangun , lalu, mengapa objek yang dilihatnya sama ?
Akan
tetapi, Descartes berusaha menemukan kebenaran yang meyakinkan, sehingga dengan
memakai metode deduktif, semua pengetahuan dapat disimpulkan. Descartes
memahami rasio sebagai jenis perantara khusus untuk mengenal kebenaran.
Kebenaran pengetahuan ditelusuri dengan penalaran logis yang bertumpu pada
metode deduktif.
7.1.
Baruch Spinoza (1632-1677)
Spinoza
adalah seorang filsuf yang paling terkenal di negara Belanda. Beliau adalah
satu dari sedikit filsuf yang mengubah metode berfikir dunia barat. Ia
dilahirkan di kota amsterdam, Belanda, pada tanggal 1632. Anak dari pasangan
yang mengungsi dari portugal.
Spinoza
meninggal di kota Den Haag pada tahun 1677 karena penyakit paru-paru yang
dideritanya. Untuk menghidupi dirinya, beliau hidup dalam kepapaan. Beliau
pembuat lensa untuk kaca mata dan mikroskop. Mungkin penyakitnya disebabkan
oleh debu yang dihirupnya selama bekerja.
Nama
panggilan Spinoza adalah “bento” yang artinya sama dalam bahasa portugis,
sebagaimana juga baruch dalam bahasa hebrew dan benedictus, dalam bahasa latin
artinya “yang diberkati”. Spinoza belajar banyak bahasa seperti, bahasa
Belanda, Portugis, Spanyol, Herbew, dan beliau juga belajar menulis dalam
bahasa Latin. Setelah menjalani pendidikan religius, pada tahun 1656 beliau mengalami
konflik dengan masyarakat yahudi di Amsterdam. Mungkin bukan karena beliau
bersikap kritis terhadap keyakinan yang ortodoks, melainkan karena perilaku
beliau yang tidak mau berkompromi dengan hukum dan peraturan ortodoks yang
ketat.
Walaupun
dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang lain, Republik termasuk toleran
dan terbuka dengan sikap kritis, namun Spinoza tetap harus berhati-hati. Beliau
menerbitkan banyak karyanya dengan nama samaran atau tidak diterbitkannya sama
sekali. Karya utamanya, Ethica , diterbitkan setelah beliau
wafat.
Tahun
1672 penuh dengan pergolakan dan suasana yang semakin memanas. De Wltt
bersaudara terbunuh dalam pemberontakan kaum orange tanpa tindakan apa-apa dari
para penguasa. Hal ini sangat mengagetkan spinoza dan beliau langsung datang
ketempat kejadian dengan membawa plakat bertuliskan “Barbarorum” (kaum barbar
yang paling buruk). Atasan dan teman-temannya menghentikan Spinoza dan mungkin
juga dengan begitu menyelamatkan nyawa Spinoza.
Melalui
bukunya tractatus theologico-politicus Spinoza
mengemukakan pemikiranya tentang interpretasi bebas kitab injil. Sementara
dalam buku tractatus-politicus beliau
menulis tentang demokrasi dan pentingnya kebebasan berpendapat. Buku ethica ordine geometricodemonstrata, merupakan
buku karya utamanya, ditulis dengan maksud untuk membantu mengurangi
penderitaan orang-orang yang menganut suatu keyakinan. Karya ini bukan
semata-mata karya filosofi, melainkan memiliki tujuan praktis untuk mengajari
pembacanya, bahwa tuhan merupakan bagian dari penciptaan, bahwa semua hal yang
eksis merupakan manifestasi dari tuhan, termasuk umat manusia. Agar seseorang
mampu memahami hal ini sangat penting untuk bersikap mandiri dan bebas dari seluruh fanatisme yang terus
membelenggu.
Spinoza
membuktikan keyakinan tersebut dalam kehidupannya, bahwa argumen-argumennya
selalu disampaikan dengan tenang, dipertimbangkan dengan matang dan masuk akal.
Beliau bahkan tidak membiarkan dirinya terprovokasi. Buku Ethica terlalu sulit untuk dibaca, namun Spinoza mempunyai alasan
sebagaimana kalimat terakhir dalam buku Ethica
“Semua hal yang mulia adalah sulit, karena itu masih sangat langka”.
7.2.Metode
Berfikir Spinoza
Selain
Descartes, Spinoza termasuk penganut
methode rasionalisme. Dia telah menyusun sistem filsafat yang menyerupai sistem
ilmu ukur. Spinoza berpandangan bahwa argumen-argumen ilmu ukur merupakan
kebenaran-kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi.
Artinya,
jika seseorang memahami makna yang dikandung oleh kata-kata yang dipergunakan
dalam dalil-dalil ilmu ukur, ia tentu akan memahami makna yang terkandung dalam pernyataan “sebuah garis lurus
merupakan jarak terdekat diantara dua buah titik”. Harus diakui kebenaran
pernyataan tersebut, sebagai kebenaran aksiomatik.
Juhaya
S. Praja menjelaskan bahwa pada intinya tidak perlu ada bahan-bahan bukti lain,
kecuali makna yang terkandung dalam kata-kata yang sering dipergunakan. Spinoza
menetapkan definisi berbagai istilah seperti “Subtansi” dan “sebab bagi dirinya
sendiri”, dan juga berbagai dalil, misalnya “apa yang ada, pasti ada”, yang
semua itu dipandang sebagai kebenaran tidak perlu lagi dibuktikan. Ia mencoba
menyimpulkan dari kebenaran-kebenaran yang lain mengenai kenyataan, Tuhan,
manusia, dan kebaikan.
8.1.
Al-Kindi (801-873 SM)
Abu Yusuf Ya’Qub
Ibn Ishaq As-Sabbah Al-Kindi adalah filsuf pertama yang terlahir dari kalangan
Islam. Semasa hidupnya Al-Kindi selain pandai dalam berbahasa arab, ia juga
mahir dalam berbahasa Yunani. Banyak karya-karya filsuf Yunani diterjemahkan
kedalam bahasa arab, antara lain karya aristoteles
dan plotinus yang
diterjemahkannya sebagai karangan aristoteles yang berjudul Teologi
menurut Aristoteles, yang dikemudian hari menimbulkan sedikit
kebingungan.
Ia
adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf muslim pertama.
Secara etnis, Al-Kindi terlahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari
suku Kindah, salah satu suku besar didaerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu
kelebihan Al-Kindi adalah menghadirkan filsafat yunani kepada kaum Muslimin
setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-kindi
telah banyak menulis banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu seperti, Metafisika, Etika, Logika, dan Psikologi hingga ilmu pengobatan, Farmarkologi, Matematika, Astrologi, dan
optik. Juga meliputi topik praktis
seperti parfum, pedang, zoologi, kaca,
meteorologi, dan ilmu gempa bumi.
Diantaranya sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika,
bagi Al-Kindi, adalah mukkaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari
filsafat. Mukkaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang
untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai
matematika.
Matematika
disini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri, dan astronomi. Yang
paling utama dari seluruh cakupan ilmu matematika disini adalah ilmu bilangan
atau aritmatika, karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu
apapun. Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga; daya nafsu (appetitive), daya
pemarah (irascible), dan daya berpikir (cognitif atau rasional). Sebagaimana
Plato, ia membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya
berfikir sebagai sains kereta dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan nafsu)
sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta tersebut. Jika akal budi dapat
berkembang baik, maka dua daya jiwa lainnya dapat dikendalikan dengan baik
pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh dorongan nafsu birahi dan amarah
diibaratkan oleh Al-Kindi seperti anjing
dan babi, sedang bagi mereka yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka
diibaratkan sebagai raja.
8.2.Metode
Berfikir Al-Kindi
Menurut Al-Kindi
filsafat adalah sebuah pengetahuan tentang memaparkan kebeneran adalah yang
benar. Disinilah terdapat persamaan antara agama dengan filsafat, tujuan agama
ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, Demikian juga filsafat.
Agama, disamping wahyu mempergunakan akal, daan filsafat juga menggunakan akal.
Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah Tuhan dan filsafat, yang paling tinggi
ialah filsafat mengenai Tuhan. Bahkan Al-Kindi berani mengatakan bagi orang
yang menolak filsafat, berati telah mengingkari kebenaran, dan menggolongkannya
kepada golongan yang “Kafir”, karena orang tersebut telah jatuh dari kebenaran,
walaupun menggap dirinya ialah yang paling benar. Karena keselarasan filsafat
dan agama didasarkan dengan pada tiga (3) alasan; (1) ilmu agama merupakan
bagian dari filsafat, (2) wahyu yang diturunkan kepada nabi dan filsafat saling
bersesuaian, (3) menurut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama.
Menurutnya
juga filsafat adalah upaya manusia meneladani perbuatan-perbuatan tuhan sejauh
dapat dijangkau oleh kemampuan akal manusia, pengetahuan dari segala
pengetahuan dan kebijaksanaan dari segala kebijaksanaan, hingga kesemuanya
dititik beratkan pada nilai tingkah laku manusia. Menurutnya lagi filsuf adalah
“orang yang berupaya memperoleh kebenaran dan hidup menjunjung tinggi keadilan
atau hidup dengan adil. Filsuf sejati ialah filsuf yang mampu memperoleh
kebijaksanaan dan mengamalkan kebijaksanaan itu sendiri.
Al-Kindi
berusaha menggagas agar filsafat bisa dipelajari dan berpadu dalam islam, namun
arah tujuan dari semua itu tidak untuk kebenaran yang hakiki. Untuk itu yang
terkenal sebagai filsuf islam pertama kali di dunia yang membuat suatu usaha
demi usaha dalam memberikan pencerahan.
9.1.
Ibnu Sina (980-1037 SM)
Ibnu Sina atau
dapat dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi negara bagian
Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagaian besar
karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang dia adalah
“Bapak Pengobatan Modern”, dan masih banyak lagi sebutan baginya yang
kebanyakan bersangkutan dengan karya-.
karyanya. Karyanya yang sangat terkenal terkenal dibidang kedokteran
ialah “Qanun Fi Thib”, yang merupakan menjadi refrensi dibidang
kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu
Sina bernama lengkap Abu Ali Al-husayn bin Abdullah bin Sina atau abu Sina
lahir pada 980 SM di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah
Uzabekistan (dahulunya Persia), dan meninggal pada bulan juni 1037 SM di
Hamadan, Persia (Iran). Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok
bahasan besar. Diantaranya memusatkan dibidang filsafat dan kedokteran. Karyanya
yang paling terkenal adalah The Book of healing dan The
Canon of Medicine.
9.2.Metode
Berfikir Ibnu Sina
Ibnu Sina
memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan tentang kejiwaan,
sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-bukunya yang khusus untuk mengkaji
mengenai kejiwaan ataupun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan
filsafat. Memang tidak sukar mencari unsur-unsur pemkiran yang membentuk
teorinya tentang kejiwaan. Seperti pikiran-pikiran Aristoteles, Galius, atau
Plotinus, terutama pikiran-pikiran
Aristoteles yang banyak dijadikan sumber pemikirannya. Namun hal ini tidak
berati Ibnu Sina tidak mempunyai kepribadian sendiri atau pemikiran yang
sebelumnya, baik dalam segi pembahasan fisika maupun pembahasan metafisika.
Pemikiran Ibnu Sina
berbeda dengan pemikiran kaum Sufi dan kaum Mu’Tazilah. Bagi kaum Sufi kemurnia
Tauhid mengandung arti bahwa hanya tuhan yang mempunyai wujud. Kalau ada yang
lain yang mempunyai wujud hakiki selain tuhan, itu mengandung banyak wujud, dan
dengan demikian dapat merusak tauhid. Oleh karena itu mereka berpendapat; Tiada
yang berwujud selain dari Allah swt. Semua yang lainnya hakikatnya tidak ada.
Wujud yang lain itu adalah sebuah wujud bayangan. Kalau dibandingkan dengan
pohon dan bayanganya, yang sebenarnya mempunyai wujud adalah pohonya, sedangkan
bayangannya hanyalah gambar seakan-akan tidak ada. Pendapat inilah yang
kemudian yang membawa Paham Wahdad
al-wujud (kesatuan wujud), dalam arti wujud bergantung bayangan bersatu
dengan wujud yang punya bayangan.
Kalau
kaum Mu’tazilah dalam usaha memurnikan tauhid pergi ke peniadaan sifat-sifat
Tuhan dan kaum sufi ke peniadaan wujud selain dari wujud Allah swt, maka kaum
filosof yang dipelopori Al-farabi, pergi ke paham Emanasi atau al-faidh. Lebih dari Mu’tazilah dan kaum
Sufi. Al-farabi berusaha meniadakan adanya arti banyak dalam diri tuhan. Kalau
Tuhan berhubungan langsung dengan alam yang tersusun dari banyak unsur ini,
maka dalam pemikiran Tuhan terdapat pemikiran yang banyak (tak terhingga).
Pemikiran yang banyak membuat faham tauhid tidak murni lagi.
Menurut
Al-farabi , Allah menciptakan alam ini melalui emanasi dalam arti bahwa wujud
Tuhan melimpahkan wujud alam semesta. Emanasi ini terjadi melalui taffakur
(berfikir) Tuhan tentang dzat-nya yang merupakan prinsip dari peraturan dan
kebaikan dalam alam. Dengan kata lain, berpikirnya Allah swt tentang dzat-nya
adalah sebab dari adanya alam ini. Dalam arti bahwa ia yang mengetahuinya.
Ibnu
Sina berpendapat, bahwa akal pertama mempunyai dua sifat; sifat wajib wujudnya
sebagai pancaran dari Allah, dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari
hakikat dirinya atau necesary by virtual
of the necesary being and possible in essence. Dengan demikian ia mempunyai
tiga objek pemikiran; Tuhan, Dirinya sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebagai
mungkin wujudnya.
Dari
pemikiran tentang tuhan timbul akal-akal dari pemikiran tentang dirinya sebagai
wajib wujudnya timbul jiwa-jiwa dari pemikiran tentang dirinya sebagai mungkin
wujudnya timbul dari langit. Jiwa manusia sebagaimana jiwa-jiwa lain dan segala
apa yang terdapat dibawah bulan, memancar dari akal ke sepuluh.
Ada
empat Dalil yang dikemukakan Ibnu Sina untuk membuktikan adanya jiwa yaitu;
1. Dalil
alam – kejiwaan (natural psikologi)
pada diri kita ada peristiwa yang tidak mungkin di tafsirkan, kecuali sesudah mengakui adanya jiwa yang menggerakannya.
pada diri kita ada peristiwa yang tidak mungkin di tafsirkan, kecuali sesudah mengakui adanya jiwa yang menggerakannya.
2. Dalil
aku dan kesatuan gejala-gejala kejiwaan
menurut Ibnu Sina apabila seseorang sedang membicarakan tentang dirinya atau mengajak bicara kepada orang lain, maka yang dimaksudkan ialah jiwanya, bukan badannya. Jadi ketika kita mengatakan saya keluar atau saya tidur, maka bukan gerak kaki, atau pemejaman mata yang dimaksudkan, tetapi hakikat kita dan seluruh pribadi kita.
menurut Ibnu Sina apabila seseorang sedang membicarakan tentang dirinya atau mengajak bicara kepada orang lain, maka yang dimaksudkan ialah jiwanya, bukan badannya. Jadi ketika kita mengatakan saya keluar atau saya tidur, maka bukan gerak kaki, atau pemejaman mata yang dimaksudkan, tetapi hakikat kita dan seluruh pribadi kita.
3. Dalil
kelangsungan (kontinuitas)
Dalil ini mengatakan bahwa masa kita yang sekarang berisi juga masa lampau dan masa depan. Kehidupan rohani kita pada pagi ini ada hubungannya dengan kehidupan kita yang kemarin, dan hubungan ini tidak terputus oleh tidur kita, bahkan juga ada hubungannya dengan kehidupan kita yang terjadi beberapa tahun lalu. Kalau kita ini bergerak dalam mengalami perubahan, maka gerakan-gerakan dan perubahan tersebut berhubungan satu sama lain dan berangkai-rangkai pula. Pertalian dan perangkaian ini bisa terjadi karena peristiwa-peristiwa jiwa merupakan limpahan dari sumber satu dan beredar sekitar titik tarik yang tetap. Ibnu Sina membuka Dalil kelangsungan tersebut telah membuka ciri-ciri kehidupan pikiran yang paling khas dan mencerminkan penyelidikan dan pembahasannya yang mendalam, bahkan telah mendahuli masanya beberapa abad, karena pendapatnya tersebut dipegangi oleh ilmu jiwa yang modern dan mendekati tokoh-tokoh pikiran sekarang
Dalil ini mengatakan bahwa masa kita yang sekarang berisi juga masa lampau dan masa depan. Kehidupan rohani kita pada pagi ini ada hubungannya dengan kehidupan kita yang kemarin, dan hubungan ini tidak terputus oleh tidur kita, bahkan juga ada hubungannya dengan kehidupan kita yang terjadi beberapa tahun lalu. Kalau kita ini bergerak dalam mengalami perubahan, maka gerakan-gerakan dan perubahan tersebut berhubungan satu sama lain dan berangkai-rangkai pula. Pertalian dan perangkaian ini bisa terjadi karena peristiwa-peristiwa jiwa merupakan limpahan dari sumber satu dan beredar sekitar titik tarik yang tetap. Ibnu Sina membuka Dalil kelangsungan tersebut telah membuka ciri-ciri kehidupan pikiran yang paling khas dan mencerminkan penyelidikan dan pembahasannya yang mendalam, bahkan telah mendahuli masanya beberapa abad, karena pendapatnya tersebut dipegangi oleh ilmu jiwa yang modern dan mendekati tokoh-tokoh pikiran sekarang
4. Dalil
orang terbang atau orang yang tergantung di udara.
Dalil ini adalah yang terindah dari Ibnu Sina dan yang paling jelas menunjukan daya kreasinya. Didasarkan atas perkiraan dan khayalan, namun tidak mengurangi kemampuannya untuk memberikan keyakinan. Dalil tersebut mengatakan sebagai berikut; “andaikan ada seseorang yang mempunyai kekuatan yang penuh, baik akal maupun jasmani, kemudia ia menutup matanya sehingga dapat melihat sama sekali apa yang ada di sekelilingnya, kemudian ia diletakan di udara atau dalam kekosongan, sehingga ia tidak merasakan sesuatu persentuhan atau bentrokan atau perlawanan, dan anggota-angota badannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak sampai saling bersentuhan atau bertemu. Meskipun ini semua terjadi namun orang tersebut tidak akan ragu-ragu bahwa dirinya itu ada, meskipun ia sukar dapat menetapkan wujud salah satu bagian badannya. Bahkan ia boleh jadi tidak mempunyai pikiran sama sekali tentang badan, sedangkan wujud yang digambarkannya adalah wujud yang tidak mempunyai tempat, atau panjang, lebar, dan dalam (bentuk tiga dimensi). Kalau pada saat tersebut ia menghayalkan (memperkirakan) ada tangan dan kakinya”. Dengan demikian maka penetapan tentang wujud dirinya, tidak timbul dari indera atau melalui badan seluruhnya, melainkan dari sumber lain yang berbeda sama sekali dengan badan yaitu jiwa.
Dalil ini adalah yang terindah dari Ibnu Sina dan yang paling jelas menunjukan daya kreasinya. Didasarkan atas perkiraan dan khayalan, namun tidak mengurangi kemampuannya untuk memberikan keyakinan. Dalil tersebut mengatakan sebagai berikut; “andaikan ada seseorang yang mempunyai kekuatan yang penuh, baik akal maupun jasmani, kemudia ia menutup matanya sehingga dapat melihat sama sekali apa yang ada di sekelilingnya, kemudian ia diletakan di udara atau dalam kekosongan, sehingga ia tidak merasakan sesuatu persentuhan atau bentrokan atau perlawanan, dan anggota-angota badannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak sampai saling bersentuhan atau bertemu. Meskipun ini semua terjadi namun orang tersebut tidak akan ragu-ragu bahwa dirinya itu ada, meskipun ia sukar dapat menetapkan wujud salah satu bagian badannya. Bahkan ia boleh jadi tidak mempunyai pikiran sama sekali tentang badan, sedangkan wujud yang digambarkannya adalah wujud yang tidak mempunyai tempat, atau panjang, lebar, dan dalam (bentuk tiga dimensi). Kalau pada saat tersebut ia menghayalkan (memperkirakan) ada tangan dan kakinya”. Dengan demikian maka penetapan tentang wujud dirinya, tidak timbul dari indera atau melalui badan seluruhnya, melainkan dari sumber lain yang berbeda sama sekali dengan badan yaitu jiwa.
10.1.Georg
Wilhem Friederich Hegel (1770-1831)
Georg
Wilhem Friederich Hegel adalah seorang tokoh filsuf idealis Jerman yang lahir
pada tanggal 27 agustus 1770, Stuttgart, Wurttemberg, Kini yang telah menjadi
negara Jerman Barat Daya. Pengaruhnya sangat luas terhadap penulis dari
berbagai posisi, termasuk para pengagumnya seperti; F.H.Bradley, Sartre, Hans
Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Dan Karl Marx, dan bagi mereka yang
menentangnya juga seperti; Kierkegard, Schoupenhauer, Nietzsche, Hiedegger, dan
Schelling.
Semasa
Hegel hidup adalah masa yang penuh dengan tantangan. Revolusi Perancis dengan
cita-cita kebebasan, persamaan, dan persaudaraan, mengguncang tatanan monarki
feodal sebelumnya. Walaupun pada masa itu Perancis adalah tempat yang penuh
dengan gejolak. Namun di Jerman, tempat Hegel lahir dan tumbuh, tetap stabil
seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Universitas Tubingen adalah Universitas
yang konservatif. Teks filsafat-filsafat pencerahan yang kental dengan ide
Otonomi dan kebebasan individu dilarang untuk disebar luaskan. Tentu saja Hegel
tidak mematuhi peraturan yang aneh itu. masalah langsung dihadapinya, bagaimana
menerapkan cara berfikir modern yang ditimbanya dari para filsuf pencerahan di
Jerman, yang ada pada masa itu relatif masih menjadi masyarakat tradisional.
Dapat
dikatakan bahwa ialah yang pertama kali memperkenalkan dalam filsafat. Gagasan
bahwa sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar dari
lingkaran Philoshopia perennis,
yakni, masalah-masalah abadi dalam dunia kefilsafatan. Ia juga menekankan
pentingnya yang lain dalam proses pencapaian kesadaran diri (lihat diallektika tuan-hamba).
Hegel
juga dikenal sebagai filsuf yang menggunakan Diallektika sebagai metode filsafat. Diallektika menurutnya adalah
dua hal yang dipertentangkan lalu diperdamaikan, atau bisa dikenal dengan Tesis
(pengiyaan), Antithesis (pengingkaran), sintesis (kesatuan kontradiksi).
Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang empiris indrawi. Pengertian yang
terkandung didalamnya berasal dari suku kata sehari-hari, spontan, bukan
reflektif, sehingga terkesan abstrak, umum, statis, dan konseptual.
Pengingkaran adalah konsep pengertian pertama (pengiyaan) dilawanartikan,
sehingga ,muncul konsep pengertian kedua yang kosong, formal, tak tentu, dan
tak terbatas.
Menurut
Hegel, dalam konsep kedua sesungguhnya tersimpan tersimpan pengertian konsep
yang pertama. Konsep pemikiran kedua ini juga diterangkan secara radikal
(berakar, termanage, tersistematis, dan ilmiah) agar kehilangan ketegasan dan
mencair. Kontradiksi merupakan motor dialektika (jalan menuju kebenaran), maka
kontradiksi harus mampu membuat konsep yang bertahan dan saling mengevaluasi.
Kesatuan dalam kontradiksi menjadi alat untuk melengkapi dua konsep pengertian
yang saling berlawanan agar tercipta konsep baru yang lebih ideal.
10.2.Metode
Berfikir Hegel
Subyektifitas
menurut Hegel adalah sebuah tema yang sudah berumur ratusan tahun, jauh sebelum
masa hidup Hegel. Para filsuf modern seperti, Kant dan Descartes
merefleksikannya secara tersistematis dan mendalam. Namun menurut Hegel
refleksi filsafat tentang subyektifitas didalam filsafat Kant maupun Descartes
masih terjebak pada kesalahpahaman dan inkoherensi. seperti yang ditulis oleh
Krasnoff, bagi Descartes, subyektifitas adalah konsep yang bersifat
kontemplatif. Fungsi konsep itu sendiri semata-mata hanya sebagai titik awal (starting point) untuk memberikan
kepastian metodologis (methodological
certainty). Tidak ada kepastian apakah pikiranku memiliki hubungan langsung
dengan realitas ?. yang pasti adalah bahwa aku sedang berfikir (I am thinking),
dan pikiran itu selalu mengarah pada sesuatu. Aku tidak pernah berfikir kosong,
karena aku selalu berfikir tentang sesuatu.
Namun
menurut Krasnoff jika pikiran adalah soal
individu subyektif semata, maka tidak ada kemungkinan untuk menilai, apakah
pikiran itu sudah tepat atau tidak. Jika argument ini benar, lalu bagaimana
hubungan antara pikiran, konsep, dan dunia fisik eksternal ? ini adalah pertanyaan yang langsung
menjatuhkan seluruh sistem Cartesian. Bagi descartes hubungan pikiran dengan
dunia luar terletak pada fakta, bahwa Tuhan itu ada, dan ia tidak mungkin
menipu kita. Tentu saja argument ini sama sekali tidak kuat, dan bahkan
terkesan sangat Dogmatis. Yang ingin dicapai Descartes adalah ketaatan berfikir
metodis didalam perfilsafatan. Namun kekuatan pendekatan Descartes ternyata
juga mencerminkan kelemahanya. Filsafatnya tidak memberikan argument yang cukup
memadai tentang hubungan antara pikiran dan realitas fisik diluarnya.
Hegel
sendiri sebenarnya banyak sependapat dengan Kant. Namun begitu Hegel ingin
menyelamatkan konsep subyek dari isolasi, seperti yang dialami konsep subyek di
dalam filsafat Descartes. Hegel setuju bahwa subyektivitas manusia itu sifatnya
aktif dan kreatif, serta mampu menolak semua tekanan dari luar. Setelah subyek
melampaui semua kekangan yang menghambatnya, ia kemudian menjadi sadar diri (self-conscious),
yakni sadar akan kesalahan dari tindakan ataupun pilihannya. Di dalam proses
menyadari dirinya sendiri ini, subyek kemudian semakin mengetahui dan memahami
dirinya sendiri (self-knowledge).
Metode
dilaektika Hegel terdiri dari tiga tahap, pertama adalah Tesis, yakni membangun
suatu pernyataan tertentu . Kedua adalah Antitesis, yakni sebuah pernyataan argumentatif
yang menolak Tesis. Dan ketiga Sintesis, yakni upaya mendamaikan tegangan Tesis
dan Antitesis. Biasanya para ahli mengaitkan konsep dialektika ini dengan
filsafat Hegel, walaupun Hegel sendiri tidak pernah secara eksplisit
menyatakan, bahwa dirinya mendapatkan argument itu dari filsafat Kant. Lepas
dari itu metode dialektika memang nantinya menjadi sangat populer ditangan para
filsuf Idealis Jerman, terutama didalam pemikiran Hegel sendiri.
Didalam
karya tulisan Hegel memang tidak secara langsung menggunakan konsep
Tesis-Antitesis-Sintesis. Namun ia menggunakan Logika pada saat membaca
dialektika yang sedang terjadi seperti yang tercantum disetiap karya tulisnya.
Dia kerap kali menggunakan konsep abstrak-negatif-konkret (abstract-negative-concrete) untuk melukiskan cara berfikir
dialektisnya tentang realitas. Beberapa kali ia menggunakan kata langsung-tidak
langsung-konkret (immediate-mediate-concrete).
Hegel memang menggunakan kata-kata yang berbeda untuk menegaskan metode
berfikir dialektis yang ia gunakan didalam sistem filsafatnya.
Di
dalam rumusan tesis-antitesis-sintesis, kita tidak bisa mengerti secara logis
mengapa tesis terkait dengan antitesis. Yang dikatakan oleh para komentator
Hegel hanyalah di dalam tesis sudah langsung termuat antitesis. Namun apa
sesungguhnya arti dari argumen itu? Coba kita lihat rumusan Hegel
abstrak-negatif-konkret. Di dalam rumusan itu sudah diandaikan, bahwa tesis,
yakni abstrak, memiliki kelemahan, yakni bahwa ia belum diuji di dalam
realitas. Konsep abstrak belum memiliki aspek pengalaman, dan belum teruji di
dalam kerasnya realitas. Di dalam tahap negatif, yang merupakan level
antitesis, apa yang abstrak tadi diceburkan ke dalam realitas, dan berinteraksi
dengan negativitas yang seringkali muncul di dalam pengalaman. Baru setelah itu
abstrak dan negatif mengelami sintesis, dan menjadi konkret. Level konkret baru
bisa dicapai, jika level negatif dan abstrak sudah dilampaui. Inilah esensi
dari metode dialektis yang dapat ditemukan di dalam seluruh filsafat Hegel.
Untuk
menggambarkan konsep pelampauan negatif dan abstrak itu, Hegel menggunakan
konsep Aufhebung, yang berarti ‘melampaui’ (overcoming).
Secara kasar konsep melampaui itu bisa dianggap sebagai suatu upaya untuk
menerjang batas-batas konsep yang ada sebelumnya, sambil tetap mengambil sisi
positifnya yang tertinggal. Di dalam bukunya yang berjudul Ilmu Logika
(Science of Logic), Hegel mencoba melukiskan proses dialektika untuk
memahami keberadaan manusia. Keberadaan manusia pada awalnya adalah Ada (Being).
Namun ada-murni (pure being) ternyata tidak dapat dibedakan dengan
ketiadaan (Nothing). Sesuatu yang keberadaanya bersifat murni, yakni
tidak tergantung pada realitas inderawi, juga secara logis dapat disamakan
dengan tidak ada. Di dalam proses ada-murni, yang juga berarti ketiadaan, akan
melampaui batas-batasnya sendiri, dan kemudian bersatu di dalam ‘menjadi’ (becoming).
Di dalam kosa kata teori dialektika Hegel, ada-murni adalah tesis. Ketiadaan
adalah antitesis dari ada-murni. Dan menjadi (becoming) adalah
sintesis dari ada-murni dan ketiadaan.
11.1.
Karl Marx (1818-1883)
Karl Heinrich
Marx lahir di Trier, Prusia, pada tanggal 5 mei 1818. Beliau meninggal di
London, Inggris, pada tanggal 14 maret 1883, pada usia 64 tahun. Beliau adalah
seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia.
Walaupun
Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas
analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat
diringkas sebagai sejarahdari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah
sejarah pertentangan kelas”. Sebagaimana yang tertulis dalam kalimat
pembuka buku karangannya yang berjudul Communist Manifesto.
Karl
Marx adalah seseorang yang terlahir dari keluarga progresif Yahudi. Ayahnya
bernama Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cendrung menjadi
deis, yang kemudian meninggalkan
agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang
relatif liberal untuk menjadi pengacara.
Herschel
pun berganti nama menjadi Heinrich, saudara Herschel yang bernama Samuel
beragama leluhurnya yaitu rabi
kepala dari trier. Keluarga Marx
amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendikiawan dan artis-artis
masa-masa awal Karl Marx.
Marx
menjalani pendidikan di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835. Pada
usianya yang ke-17, ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Travern yang
mengakibatkan nilai yang buruk. Marx tertarik belajar kesastraan dan filosofi,
namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan
berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun
berikutnya, ayahnya memaksa Marx untuk pindah ke Universitas di Berlin. Pada
saat itu Marx menulis banyak puisi dan essai tentang kehidupan, menggunakan
bahasa Teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The deity’ namun ia juga
menerapkan filosofi Atheis dari young Hegellian yang terkenal di Berlin pada
saat itu. Marx mendapatkan gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesisnya yang
berjudul “The Difference Between Epicurean Philosophy of Nature”. Namun,
ia harus menyerahkan Disertasinya ke Universitas Jena karena Marx menyadari
bahwa statusnya yang sebagai Young Hegellian radikaln akan diterima dengan
kesan buruk di Berlin.
11.2.Metode
Berfikir Karl Marx
Marxisme
merupakan paham yang berasal dari pandangan-pandangan Karl Marx. Marxisme
adalah paham yang bertujuan untuk memperjuangkan kaum buruh (Proletar) untuk
melawan kaum Borjuis. Teori Marxisme yang secara umum dipandang sebagai dasar
ideologi komunisme dicetuskan dan dikembangkan Karl Marx dan Friedrich Engel
sejak 150 tahun yang lalu sebagaimana yang tertulis dibuku karyanya yang
berjudul The Manifesto of The Communist
party yang diterbitkan pada tanggal 21 februari 1845 merupakan sebuah
manifesto politik mengenai teori komunis yang menekankan pada perjuangan kelas
dan kesejahteraan ekonomi.
Teori
Marxisme yang dibangung oleh Marx ini sangat dipengaruhi oleh filsafat
diallektika Hegel. di Berlin ia menjadi penganut filsafat Hegel dan menempati
bagian utama diantara murid-murid Hegel itu. Setelah diasingkan dari Prusia,
tinggal lah ia di Paris, Brussel, London. Oleh Marx tindakan politik dan sosial
dipadukan menjadi keseluruhan filsafat dan ilmu.
Menurut
Marx hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi. Segala hasil
tindakannya yaitu ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, politik, semuanya itu
endapan dari keadaan itu. Sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan benar-benar
didalam sejarahnya. Keadaan ekonomi telah membangun pemikiran atau kesadaran
manusia. Dan seluruh konsep pengetahuan tersebut oleh Marx disebut
superstruktur.
Marx
memungut apa yang dianggapnya unsur terpenting dari dua pemikir, diallektika Hegel, dan matrealisme feurbach dan meleburnya
menjadi satu orientasi filsafat. Yakni matrealisme,
diallektika yang menekankan pada
hubungan diallektika dalam kehidupan material. Matrealisme Marx lebih
menekankan pada sektor ekonomi yang akan menyebabkan pemikiran yang sejalan
dengan pemikiran kelompok ekonomi politik. Marx sangat memuji ekonomi politik
karena tenaga kerja menjadi sumber pertama kekayaan sebagai premis dasarnya,
dan pada dasarnya Marx merumuskan teori nilai lebih tenaga kerja. Kapitalis
menggunakan tipu muslihatnya sangat sederhana, dengan membayar murah upah
tenaga kerja dengan murah, kurang dari
dikatakan upah yang selayaknya mereka terima. Karena mereka (buruh) menerima
upah kurang dari nilai barang yang sebenarnya yang telah mereka hasilkan dalam
suatu periode waktu bekerja (jam kerja).
Nilai
surplus ini, yang disimpan dan di investasikan oleh kapitalis kembali, dan ini
merupakan basis sistem kapitalis untuk mengeksploitasi hak ketenaga kerjaan
secara terus-menerus meningkat dalam mencari sebuah Profit (keuntungan) lebih.
Dan terus menginvestasikannya kembali untuk mengembangkan keuntungan. Dapat dikatakan bahwa Marx menawarkan sebuah
teori tentang mayarakat kapitalis bedasarkan citranya mengenai sifat mendasar
manusia. Marx yakin bahwa manusia pada dasarnya produktif, artinya untuk dalam
bertahan hidup manusia perlu bekerja didalam industri dan dengan alam. Dengan
kata lain manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial.
Mereka
perlu bekerja bersama untuk menghasilkan segala sesuatu yang mereka perlukan
untuk hidup. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah struktur atau lebih
tepatnya serangkaian struktur yang membuat batas pemisah antara, seorang
individu, dan proses produksi. Produk yang diproses dan orang lain,, dan
akhirnya juga memisahkan diri individu itu sendiri. Inti pandangan ini ialah
bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh bidang produksi. Bidang ekonomi
adalah basis, sedangkan dua dimensi kehidupan masyarakat lainnya,
institusi-institusi sosial, terutama negara, dan bentuk-bentuk kesadaran sosial
merupakan bangunan atas perkembangan masyarakat.
Untuk
memperhatikan bidang ekonomi ciri yang khas menurut Marx yang paling menentukan
bagi semua bentuk ekonomi sampai sekarang adalah pemisahan para pemilik dan
pekerja. Masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan dari satu
sama lain bedasarkan kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses produksi.
Pada garis besarnya (terutama semakin produksi masyarakat mendekati pola
kapitalis) kelas-kelas sosial termasuk salah satu dari kedua kelompok kelas.
Yaitu kelas pemilik modal yang berkuasa (kapital).
12.1.Kesimpulan
Setiap perbedaan
pandangan para filsuf-filsuf itu sudah pasti ada, karena itu persoalan masalah
cara pandang para filsuf masing-masing. Tapi didalam rumusan disiplin ilmu
filsafat (bukan filsafatnya) sangat dipengaruhi perkembangan zaman (modernitas)
yang membuat pandangan para filsuf sebenarnya tetap berseragaman, karena aspek
epistomologi. Sedangkan dalam pola berfikirnya tergantung keadaan alam, waktu,
keadaan situasi sosial. Dan kebudayaan para filsuf masing-masing. Bahkan pola
berfikir para filsuf bisa ditenggarai karena pengaruh keadaan politik pada
waktu setempat. Dasarnya para filsuf islam dan filsuf eropa (modern) kunci nya
terdapat pada pandangan-pandangan para filsafat Yunani, dan mereka terus
menjabarkan tradisi mereka dari tradisi filsafat Yunani sebagai kiblat cara
pandang dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi.
13.1.Daftar
Pustaka
Al-ahwan,
ahmad fuad, Filsafat islam, jakarta,
pustaka Firdaus, 1984
Drs.Beni Ahmad Saebani, M.Si, Prof.Dr.H.Juhaya S.
Pradj, M.A., Filsafat manajement,
Pustaka setia Bandung, Bandung 2012
.Prof.Dr.Kees Bertends, Kanisius, Sejarah Filsafat Yunani, Jakarta,
Januari 1999
Sumber Internet :
http:// Miftahuddin86.blogspot.com/metode berfikir
filsafat islam/
http://rumahfilsafat.com/2009/08/16/hegel-dan-dialektika/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar