NEGARA
DAN REVOLUSI
“Ajaran Marxisme Tentang Negara Dan Tugas-Tugas Proletariat Dalam Revolusi”
“Ajaran Marxisme Tentang Negara Dan Tugas-Tugas Proletariat Dalam Revolusi”
W.I.Lenin
Penerbit
: INDONESIA PROGRESIF 1976
KATA
PENDAHULUAN EDISI PERTAMA
Negara sekarang ini memperoleh arti
penting khusus di bidang teori maupun didalam politik praktis. Perang imprealis
telah mempercepat dan memperhebat proses peranan kapitalisme monopol menjadi
kapitalisme negara. Penindasan yang mengerikan atas kerja oleh negara, yang
makin lama makin padu dengan perserikatan-perserikatan kapitalisme mahakuasa,
menjadi lebih mengerikan negeri-negeri yang maju sedang merubah cara tentang “
daerah belakang “ mereka dipenjarakan, di kerja paksa secara militer bagi para
buruh (pekerja).
Korban
dan bencana yang tiada taranya yang menjadikan perang terus berlarut-larut
membuat massa tertahankan dan memperhebat keuntungan mereka. Revolusi proletar
international yang terus matang membuat hubungan antara pemilik modal dan
mereka memperoleh arti penting dan praktis. Pertama kita periksa ajaran Marx
dan Engels tentang negara, kita bicarakan secara sangat terperinci segi-segi
ajaran ini yang telah dilupakan atau telah mengalami pemutar balikan
oportunitis. Kemudian kita akan membahas secara khusus wakil utama dari pemutar
balikan ini, yaitu Karl Kautsky, pemimpin yang paling terkenal dari
Internationale II (1889-1914), yang telah mengalami kebangkrutan yang begitu
menyedihkan dalam masa perang yang sekarang ini. Akhirnya, kita akan
menyimpulkan hasil-hasil utama pengalaman revolusi-revolusi Russia tahun 1905
dan terutama tahun 1917.
Rupanya,
yang tersebut belakangan itu pada saat sekarang (awal agustus 1917) sedang
menyelesaikan tingkat pertama perkembangannya, tetapi seluruh revolusi ini pada
umumnya dapat difahami hanya sebagai salah satu mata rantai dari rantai
revolusi-revolusi proletar sosialis yang dilahirkan oleh perang Imprealis. Maka
itu, masalah hubungan revolusi sosialis proletariat dengan negara memperoleh
bukan hanya artipenting politik praktis saja, tetapi juga artipenting yang
paling hangat sebagai masalah menjelaskan kepada massa apa yang harus mereka
kerjakan di masa depan yang sangat dekat untuk membebaskan diri dari penindasan
Kapitalisme.
Bab
I
Masyarakat
Berklas dan Negara
1. Negara Adalah Produk Dari Tak Terdamaikannya Kontradiksi Klas
1. Negara Adalah Produk Dari Tak Terdamaikannya Kontradiksi Klas
Apa
yang sekarang terjadi dengan ajaran Marx ?, dalam sejarah sudah berkali-kali
terjadi dengan ajaran-ajaran para ahli fikir dan pemimpin revolusioner
klas-klas tertindas dalam perjuangan mereka untuk pembebasan (Merdeka).
Sewaktu-waktu orang revolusioner yang besar masih hidup, klas-klas penindas
terus menerus mengejar mereka, menyambut ajaran mereka dengan kedengkian yang
paling ganas, kebencian yang gila-gilaan, kampanye-kampanye bohong dan fitnah
yang paling tidak terkendalikan. Setelah mereka meninggal dunia, dilakukan
usaha-usaha untuk mengubah mereka menjadi patung-patung orang suci yang tidak
membahayakan, boleh dikatakan menyatakan mereka sebagai orang suci, memberian
keharuman tertentu kepada Nama mereka
untuk “Menghibur” klas-klas tertindas dan untuk menipu mereka secara bersamaan
itu mengebiri isi ajaran revolusioner, menumpulkan ujungnya yang tajam yang
revolusioner dan memvulgarkannya. Dalam “mengolah” Marxisme demikian itulah
bertemulah sekarang borjuis-borjuis dan kaum oportunitis didalam gerakan buruh
(Rakyat).
Mereka melupakan, menghapuskan, dan mengagung-agungkan
apa yang dapat diterima atau kiranya dapat diterima oleh Borjuis. Semua orang
Sosialis-Sovinis sekarang ini adalah “Marxis”, jangan tertawa !!! dan semakin
sering sarjana-sarjana borjuis germany, yang kemarin masih merupakan ahli-ahli
dalam hal membasmi Marxisme, berbicara tentang Marx yang berkebangsaan Germany,
yang seakan-akan telah mendidik serikat buruh yang terorganisasi dengan begitu
baik untuk melakukan perang perampokan !!!
dalam keadaan demikian itu, dengan tersebar luasnya secara luar biasa pemutar balikan Marxisme, maka tugas kita pertama-tama ialah Memulihkan ajaran Marx yang sejati tentang negara. Untuk itu perlu mengemukakan serangkaian kutipan yang panjang dari karya-karya Marx dan Engels sendiri. Tentu saja kutipan yang panjang akan membikin sulit uraian dan sama sekali tidak akan membantu menjadikan populer. Tetapi tanpa kutipan-kutipan panjang itu sama sekali tidak mungkin. Semua, atau setidak-tidaknya semua bagian yang paling menentukan dari karya-karya Marx dan Engels mengenai masalah negara tidak boleh tidak harus dikutip selengkap mungkin, supaya pemabaca dapat membentuk pendapat dengan bebas mengenai kesulurhan pandangan-pandangan pendiri pandangan sosialisme ilmiah dan mengenai perkembangan pandangan-pandangan itu dan juga supaya pemutar balikannya oleh “Kautskyisme” yang sekarang berdominasi dapat membuktikan secara terdokumentasi dan diperlihatkan dengan jelas.
dalam keadaan demikian itu, dengan tersebar luasnya secara luar biasa pemutar balikan Marxisme, maka tugas kita pertama-tama ialah Memulihkan ajaran Marx yang sejati tentang negara. Untuk itu perlu mengemukakan serangkaian kutipan yang panjang dari karya-karya Marx dan Engels sendiri. Tentu saja kutipan yang panjang akan membikin sulit uraian dan sama sekali tidak akan membantu menjadikan populer. Tetapi tanpa kutipan-kutipan panjang itu sama sekali tidak mungkin. Semua, atau setidak-tidaknya semua bagian yang paling menentukan dari karya-karya Marx dan Engels mengenai masalah negara tidak boleh tidak harus dikutip selengkap mungkin, supaya pemabaca dapat membentuk pendapat dengan bebas mengenai kesulurhan pandangan-pandangan pendiri pandangan sosialisme ilmiah dan mengenai perkembangan pandangan-pandangan itu dan juga supaya pemutar balikannya oleh “Kautskyisme” yang sekarang berdominasi dapat membuktikan secara terdokumentasi dan diperlihatkan dengan jelas.
Marilah kita mulai dari karya F.Engels yang paling
populer “Asal-Usul Keluarga, Milik Perseorangan Dan Negara”, yang pada
tahun 1894 sudah diterbitkan edisinya yang ke-enam di Stuttgart. Kita terpaksa
menterjemahkan kutipan-kutipan itu dari aslinya dalam bahasa Jerman, karena
terjemahannya dalam bahasa Russia. Biarpun sangat banyak, sebagian besar tidak
lengkap atau dikerjakan dengan sangat tidak memuaskan.
“Negara”, kata Engels ketika menyimpulkan analisa sejarah
yang dibuatnya, sesekali bukan merupakan kekuatan yang dipaksakan dari luar
kepada masyarakat. Negara juga bukanlah “Realita ide moral, bayangan, dan
realita akal”, sebagaimana ditegaskan oleh Hegel. Negara adalah produk
masyarakat pada tingkat perkembangan tertentu, negara adalah pengakuan bahwa
masyarakat ini terlibat dalam kontradiksi yang tak terpecahkan dengan dirinya
sendiri, bahwa ia telah terpecah menjadi segi-segi yang berlawanan yang tak
terdamaikan dan ia tidak berdaya melepaskan diri dari keadaan demikian itu.
Supaya segi-segi yang berlawanan ini, klas-klas yang kepentingan-kepentingan
ekonominya berlawanan, tidak membinasahkan satu sama lain dan tidak
membinasahkan masyarakat dalam perjuangan yang sia-sia, maka untuk itu
diperlukan kekuatan yang seharusnya meredam bentrokan itu, mempertahankannya
didalam batas-batas ‘tata tertib’. Dan kekuatan ini, yang lahir dari
masyarakat, tetapi menempatkan diri di atas masyarakat dan semakin mengasingkan
diri darinya adalah Negara (hlm. 177-178, edisi jerman yang keenam).
Disini dinyatakan dengan jelas sekali ide dasar Marxisme
mengenai masalah peranan sejarah dari negara dan arti negara. Negara adalah
produk dan manifestasi dari tak
terdamaikannya kontradiksi klas. Negara timbul dimana, ketika dan sebegitu
jauh kontradiksi-kontradiksi klas secara objektif tidak dapat didamaikan. Sebaliknya,
adanya negara membuktikan bahwa kontradiksi-kontradiksi klas tak terdamaikan.
Justru mengenai hal yang paling penting dan fundamental inilah dimulai pemutar
balikan Marxisme, yang berlangsung menurut dua garis pokok. Di satu pihak,
ideologi-ideologi burjuais dan teristimewah burjuais kecil, yang dibawah
tekanan kenyataan-kenyataan sejarah yang tidak dapat dibantah terpaksa mengakui
bahwa negara hanya ada dimana terdapat kontradiksi-kontradiksi klas dan
perjuangan klas, “mengoreksi” Marx sedemikian rupa, sehingga negara nampak
sebagai organ untuk mendamaikan klas-klas. Menurut Marx, negara tidak dapat
timbul atau bertahan jika perdamaian klas adalah mungkin. Menurut
profesor-profesor dan publisis-publisis bujuais kecil dan filistin, sering
sekali mereka dengan maksud baik menunjuk kepada Marx !!. ternyata bahwa negara
justru mendamaikan klas-klas.
Menurut
Marx, Negara adalah organ kekuasaan klas, organ penindasan dari satu klas
terhadap klas yang lain menggunakan ciptaan “Tata Tertib (undang-undang)” yang
mengesahkan dan mengkonsolidasi penindasan ini dengan meredakan bentrokan
klas-klas. Menurut pendapat politikus-politikus burjuais kecil, tata tertib
adalah cara pendamaian klas-klas dan bukan penindasan antar klas yang satu
dengan klas yang lain dengan meredakan bentrokan berati mendamaikan dan bukan
merampas sarana dan metode-metode perjuangan tertentu dari klas tertindas untuk
menggulingkan kaum penindas. Misalnya seluruh kaum sosialis-Revolusioner dan
kaum mensyewik dalam revolusi 1917 ketika masalah arti dan peranan negara
justru menjadi masalah yang luar biasa pentingnya, menjadi masalah praktis,
masalah aksi segera dan lagi aksi secara massal, semuanya segera dan sepenuhnya
terjerumus ke dalam teory burjuais kecil “Negara” mendamaikan klas-klas.
Resolusi-resolusi dan artikel yang tak terhitung banyaknya dari
politikus-politikus kedua partai itu seluruhnya diresapi oleh teori “pendamaian
burjuais kecil dan filistin”. Bahwa negara adalah organ kekuasaan klas tertentu
yang tidak dapat didamaikan dengan antipodenya (klas yang berlawanan
dengannya), ini tak akan dapat dimengerti oleh kaum demokrat burjuais kecil.
Sikap terhadap negara adalah salah satu manifestasi yang paling menyolok bahwa
kaum Sosialis-Revolusioner dan mensyewik kita sama sekali bukanlah kaum
sosialis (apa yang selalu dibuktikan oleh kita kaum bolsyewik), melainkan kaum
demokrat burjuais kecil yang menggunakan fraseologi yang hampir sosialis.
Dipihak
lain, pemutar balikan Marxisme “secara Kautsky”
jauh lebih halus. Secara teori tidak disangkal bahwa negara adalah organ
kekuasaan klas tak terdamaikan kontradiksi-kontradiksi klas tak terdamaikan.
Tetapi apa yang diabaikan atau dikaburkan adalah sebagai berikut : jika Negara
adalah kekuatan yang berdiri dari masyarakat dan yang semakin mengasingkan diri
dari masyarakat itu, maka sudah jelaslah bahwa pembebasan klas tertindas bukan
hanya tidak mungkin tanpa revolusi dengan kekerasan, tetapi juga tidak mungkin
tanpa penghancuran aparat kekuasaan negara yang diciptakan oleh klas yang berkuasa
dan merupakan penjelmaan dari “pengasingan” itu sendiri. Kesimpulan secara
teori jelas dengan sendirinya ini telah di tarik oleh Marx sebagaimana yang
akan kita lihat dibawah ini, dengan sangat pasti bedasarkan analisa sejarah
yang konkrit mengenai tugas-tugas revolusi. Dan justru kesimpulan inilah yang
oleh Kautsky akan kita tunjukan secara teperinci dalam uraian selanjutnya di
lupakan dan diputarbalikan.
2. Satuan Khusus Orang Bersenjata,
Penjara, DSB.
Berbeda
dengan organisasi gens (suku, Ras, atau klan). Lama, Engels melanjutkan
“Negara, pertama, membagi warga negara menurut pembagian wilayah. Pembagian
demikian itu nampaknya “wajar” bagi kita, tetapi ia telah meminta perjuangan
berjangka panjang melawan organisasi lama bedasarkan suku atau klan. Ciri kedua
yang membedakan ialah di tegakannya kekuasaan kemasyarakatan yang sudah tidak
sesuai langsung dengan penduduk yang mengorganisasi diri sebagai kekuatan
bersenjata. Kekuasaan kemasyarakatan yang khusus ini perlu, karena organisasi
bersenjata yang bertindak sendiri dari
penduduk menjadi tidak mungkin sejak terpecahnya masyarakat menjadi beberapa
klas. Kekuasaan kemasyarakatan ini ada di dalam setiap negara. Ia tidak hanya
terdiri dari orang-orang bersenjata saja, tetapi juga terdiri dari embel-embel
materil, yaitu penjara dan segala macam lembaga pemaksa, yang tidak dikenal
oleh susunan masyarakat gens (klan).
Engels
membentangkan konsepsi “kekuatan” yang disebut negara sebagai kekuatan yang
lahir dari masyarakat, tetapi yang menempatkan diri diatasnya
dan semakin mengasingkan diri darinya. Terdiri dari apa pada pokoknya
kekuatan itu ? ia terdiri dari satuan-kesatuan khusus orang-orang bersenjata,
dengan “organisasi” bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk. Seperti
semua ahli fikir revolusioner yang besar, Engels berusaha mengarahkan perhatian
kaum buruh yang sadar justru kepada apa yang oleh filistinisme yang berdominasi
dianggap tidak patut diperhatikan, paling biasa, disucikan oleh
prasangka-prasangka yang tidak hanya berakar-akar, tetapi boleh dikatakan yang
sudah membatu. Tentara tetap dan polisi pada hakikatnya adalah alat-alat utama
kekuatan kekuasaan negara, tetapi bisakah fungsinya lain daripada itu ??
Dari
pandangan mayoritas luas, orang-orang eropa akhir abad ke-19, dan kepada mereka
Engels menunjukan kata-katanya, yang tidak pernah mengalami dan juga tidak
pernah mengikuti dari dekat proses revolusi besar satupun, tidak bisa lain
daripada itu. Mereka sama sekali tak mengerti apa “organisasi bersenjata yang
bertindak sendiri dari penduduk” itu. Atas pertanyaan mengapa timbul kebutuhan
akan kesatuan-kesatuan khusus dari orang-orang bersenjata, yang ditempatkan
diatas masyarakat dan mengasingkan diri dari masyarakat (polisi dan tentara
tetap), kaum filistin eropa barat dan rusia cendrung untuk menjawab dengan
beberapa kalimat yang dipinjam dari spancer atau mikhailhovski, yaitu dengan
menunjuk pada semakin rumitnya kehidupan sosial, defrensiasi fungsi-fungsi,
DSB.
Penunjukan
yang demikian itu tampaknya “ilmiah” dan secara efektif membius perasaan orang
biasa dengan mengaburkan kenyataan yang pokok dan dasar, yaitu terpecahnya
masyarakat menjadi klas-klas bermusuhan yang tak terdamaikan. Andaikata, tidak
ada perpecahan ini, organisasi bersenjata yang cenderung bertindak sendiri dari
penduduk itu akan berbeda dengan organisasi primitif bersekawanan kera yang
menggunakan tongkat, atau organisasi manusia primitif atau organisasi
orang-orang yang tergabung dalam masyarakat klan, dalam hal kerumitannya,
ketinggian teknik nya, dst. Tetapi organisasi demikian itu masih mungkin.
Organisasi
demikian itu tidak mungkin karena masyarakat beradap telah terpecah menjadi
klas-klas (kelompok) yang bermusuhan, dan lagi bermusuhan yang tak terdamaikan,
sehingga klas-klas ini diperlengkapi dengan senjata yang “bertindak sendiri”
akan timbul perjuangan bersenjata diantara mereka. Terbentuklah negara,
terciptalah kekuatan khusus, satuan khusus orang-orang bersenjata, dan setiap
revolusi, dengan menghancurkan aparat negara, menunjukan dengan jelas kepada
kita bagaimana klas yang berkuasa berdaya upaya memulihkan satuan khusus
orang-orang bersenjata yang mengabdinya, bagaimana klas yang tertindas berdaya
upaya menciptakan organisasi baru macam itu yang mampu mengabdi bukan kepada
kaum penghisap, melainkan kepada kaum terhisap. Dalam argument tersebut diatas,
engels secara teori mengemukakan justru soal yang dihadapi kepada kita dalam
praktek oleh setiap revolusi besar, dengan nyata dan lagi dalam skala aksi
massal, yaitu soal saling-hubungan antara satuan khusus orang-orang bersenjata
dengan “organisasi bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk”. Akan kita
lihat bagaimana soal ini secara konkrit dilukiskan oleh pengalaman revolusi
eropa dan rusia. Tetapi marilah kita kembali kepada uraian Engels.
Ia
menunjukan bahwa kadang-kadang, umpamanya, dibeberapa tempat di Amerika Utara,
kekuasaan kemasyarakatannya lemah (yang dimaksud ialah kekecualian yang jarang
bagi masyarakat kapitalis, dan tempat-tempat di Amerika Utara dalam periode
pra-imprealismenya, dimana berdominasi kolonis bebas), tetapi berbicara secara
umum, kemasyarakatan itu menjadi lebih kuat; kekuasaan kemasyareakatan menjadi
lebih kuat sejalan dengan meruncingnya kontradiksi-kontradiksi klas didalam
negara, dan sejalan dengan bertambah besarnya negara-negara yang berbatasan dan
makin banyaknya penduduk negara-negara itu. Lihat sajalah Eropa dewasa ini,
dimana perjuangan klas dan persaingan dalam penaklukan telah merangsang
kekuasaan kemasyarakatan sampai sedemikian tingginya sehingga mengancam akan
menelan seluruh masyarakat dan bahkan negara. Itu di tulis tidak lebih kemudian
daripada awal tahun-tahun 90an abad yang lalu. Kata pendahuluan engels yang
terakhir bertanggal 16 juni 1891. Pada waktu masa peralihan imprealisme baik
dalam arti dominasi penuh trust-trust, dalam arti kemahakuasaan bank-bank
besar, maupun dalam arti politik kolonial secara besar-besaran, Dst. Baru saja
mulai di Perancis, dan bahkan lebih lemah lagi di Amerika Utara dan Jerman.
Sejak itu persaingan dan penaklukan
telah maju dengan langkah-langkah raksasa, lebih-lebih karena pada awal
dasawarsa kedua abad ke-20 seluruh bola bumi telah terbagi habis diantara
“penakluk-penakluk yang bersaingan, yaitu diantara negara-negara perampok
besar.sejak itu persenjataan angkatan darat dan laut telah berkembang dengan
luarbiasa, dan perang perampokan tahun 1914-1917 untuk pendominasian dunia oleh
Inggris atau Jerman untuk membagi barang rampasan telah mendekatkan “penelanan”
semua kekuatan masyarakat oleh kekuasaan negara yang berwatak penyamun kepada
malapetaka total.
Sudah
pada tahun 1891 Engels dapat menunjukan persaingan dalam penaklukan sebagai
salah satu ciri menonjol yang terpenting dari politik luar negeri negara-negara
besar, tetapi dalam tahun-tahun 1914-1917, ketika justru persaingan inin yang
meruncing berlipat ganda, melahirkan perang
Imprealis, bajingan-bajingan sosial-sovinis menyelubungi pembelaan atas kepentingan-kepentingan
perampok borjuasi. Mereka sendiri dengan kata-kata “Membela Tanah Air” membela
Republik dan Revolusi dst.